Belajar Arti Kehidupan

Artikel ke 27 dari 42 artikel dalam Topik : Lomba Menggunjing Tetangga 2016

Sesuatu yang tak dapat dihindari dalam hidup bermasyarakat adalah hidup bertetangga. Apalah arti hidup di dalam masyarakat jika tak kenal dengan tentangganya sendiri. Karena yang kita harapkan adalah hidup bermasyarakat dengan tentram dan damai bersama tetangga. Pernah terpikir olehku jikalau aku hidup tanpa ada tetangga disamping rumahku maka aku tak kan tahu arti sebuah persatuan, kebersamaan, toleransi, kebaikan, saling menghargai, saling memberi dan saling mengingatkan. Aku pernah melihat suatu hari tetanggaku bertemu dengan seseorang yang berjalan lewat rumahnya, namun seseorang itu terlihat seperti ada tekanan kejiwaan. Kebetulan di depan rumah tetanggaku itu terdapat tempat berjualan makanan namun sedang tutup, akan tetapi ada sebuah air yang digantung di atas papan jualan tersebut. Tiba-tiba seseorang tersebut meminumnya sepertinya ia kehausan dan kelaparan, setelah dihabiskan ia langsung pergi dan duduk tak jauh dari tempat tinggalku. Malam harinya ternyata seseorang itu tidak pergi, ia hanya tiduran saja. Kemudian tetanggaku itu datang ke tokoku lalu ia membeli roti dan minuman, aku kira ia membelikan untuk anaknya namun ternyata ia membelikan untuk seseorang tersebut. Hal-hal kecil seperti itulah yang sebenarnya terkadang tidak aku sadari, namun tetanggaku yang sudah seumuran dengan ibuku secara tidak langsung telah mengajariku untuk saling memberi.

BACA:  Ayah, Di mana Waktumu?

Sewaktu aku masih SMA, kebetulan aku kos karena sekolahku terlalu jauh dari rumah. Biasanya aku pulang ke rumah setiap seminggu sekali. Waktu itu pada hari minggu, aku bermain bulutangkis bersama anaknya di lahan milik tetanggaku kebetulan ia sedang bercocok tanam dan menyiram sayuran serta buah-buahan yang ditanamnya, tiba-tiba ia memanggilku untuk menemuinya, aku pikir ada sesuatu apa yang perlu diceritakan kepadaku akan tetepi justru ia memetik buah strawbery dan diberikan padaku padahal disitu terdapat anaknya namun tidak dipetikkan. Katanya kalau aku tidak selalu berada di rumah sedangkan anaknya bisa kapanpun memetik sendiri. Hal seperti itulah yang kadang akupun sulit untuk melakukan tetapi tetanggaku yang bernama Bu Sarmi itu mengajariku untuk selalu mengutamakan orang lain agar hidup lebih berguna.

Pada suatu hari aku merasa benar-benar kelelahan karena terlalu banyak kegiatan dan aku bangun kesiangan. Tiba-tiba tetanggaku yang usianya sudah sedikit tua dari ibuku itu masuk ke kamarku dan membangunkanku. Aku merasa kaget, tetapi bukan kaget karena ia tiba-tiba di kamarku tetapi ia langsung memegang tanganku dan memberiku uang. Aku mulai bingung kenapa ia tiba-tiba memberiku uang padahal aku tidak pergi kemana-mana, mungkin karena aku akan masuk kuliah dan akan kos lagi. Memang tradisi di daerahku itu jika seseorang yang sedang menempuh jenjang pendidikan apabila akan ada acara study tour, PKL, dan sejenisnya maka para tetangga akan memberi uang saku.

BACA:  Mark vs. Value

Terkadang  jika tetanggaku masak dalam jumlah yang banyak ataupun sedikit ia sempatkan untuk membaginya, panen sayurannya ia pun juga berbagi.  Pernah terbayangkan olehku bahwa aku sangat bersyukur memliki tetangga-tetangga yang begitu memiliki rasa kekeluargaan. Setiap ada masalah apapun jika bisa membantu satu sama lainpun akan saling membantu. Solidaritas dan kebersamaan yang tercipta aku harapkan bisa saling terjaga.

Selain cerita diatas, masih banyak lagi arti kehidupan yang telah aku petik dari hal-hal yang tetangga-tetanggaku lakukan dalam kesehariannya. Senyum, sapa dan salampun selalu terjaga setiap pertemuannya. Berada diantara tetangga seperti ini serasa setiap pergi jauhpun tak hanya rindu kasih sayang keluarga sendiri namun juga kebersamaan bersama tetangga yang saling bercanda garau. Aku memaknai setiap tindakan dalam hal kebaikan yang perlu dicontoh dan aku sadar bahwa belajar itu tak hanya di dalam buku dan di sekolah tapi belajar itu bisa dimana saja.

 

Penulis:

Latif Pertiwi

Facebook : Latief Pertiwi

Twitter: @latifpertiwi

 

 

–Artikel ini diikutsertakan dalam yang diselenggarakan oleh The River Post – Berbagi Hanya yang Baik— 

 

BACA:  Astuti Farida, Pelopor Bank Sampah dan Aktivis Lingkungan Wonosobo
Artikel dalam Topik Ini : << Arit Widowati, Laktivis Pendakwah ASIKeluarga Sederhana sebagai Panutan >>

Leave a Reply

Silakan dibaca juga