Tempat Parkir Untuk Tamu Kami

Artikel ke [part not set] dari 42 artikel dalam Topik : Lomba Menggunjing Tetangga 2016

Sering anda menemukan tetangga yang marah-marah karena kendaraan tamu anda yang diparkir menghalangi pintu rumahnya? Atau tetangga yang marah-marah karena keributan yang anda buat bersama teman-teman anda? Saya bersama teman-teman saya punya tetangga yang mengalami hal serupa. Hampir setiap hari.

Oh ya, sebelumnya perkenalkan, kami adalah sekelompok anak muda yang sedikit aneh. Iya Aneh. Sekitar empat tahun yang lalu, kami merencanakan sebuah gerakan sosial dalam bidang pendidikan. Akhirnya dengan penuh perjuangan, susah payah, dan berdarah-darah (lebay…hehe) kami akhirnya berhasil mendirikan sebuah lembaga yang konsen mengawal isu pendidikan. Melalui lembaga itu, kami membuat sebuah program kursusan Bahasa Inggris dengan biaya yang murah, bahkan gratis bagi orang-orang kurang mampu. Hal ini kami lakukan sebagai langkah awal agar bisa mensosialisasikan pendidikan yang bisa dijangkau oleh semua kalangan. Forum Kampung Bahasa Sulawesi (FKBS), begitulah kami memberi lembaga ini.

Jadi kami muda yang punya cita-cita besar tentang pendidikan yang lebih baik. Dari awal kami tak sepakat dengan pendidikan berkualitas harus disimbolkan dengan harga yang mahal, proses pendidikan dengan metode belajar-mengajar yang kaku, pendidikan yang hanya terbatas di gedung-gedung sekolah, juga proses pendidikan yang tidak membangun karakter. Untuk hal itu, kami mencoba tak tinggal diam dan tak menjadi penonton belaka. FKBS adalah salah satu bentuk yang kami lakukan berangkat dari pemahaman tersebut. karena itulah, tarif kursusan yang kami buat sangat murah dan gratis bagi orang-orang kurang mampu. Tentunya dengan tetap mempertahankan kualitas dan proses belajar-mengajar yang menyenangkan. Loh, kenapa jadi bahas ini. Tapi tak apalah narsis sedikit. Kan katanya yang namanya semangat dan kebaikan itu harus disebarkan yah. Agar kebaikan-kebaikan kecil juga bisa semakin banyak dibangun. 😀

BACA:  Kang Mas’ud, Langkah Pejuang Difabel dari Pelosok Desa hingga Negeri Sakura

Kembali ke pembahasan tetangga. Tahun ini, terhitung sudah empat tahun aktivitas belajar-mengajar kami jalankan. Meskipun begitu, kami belum mampu menyewa atau membeli bangunan besar dengan halaman luas untuk dijadikan . Hanya rumah sederhana di kawasan pemukiman penduduk di daerah Makassar. Di awal pembukaan jumlah siswa kami tidak begitu banyak sehingga mudah bagi kami untuk mengontrolnya. Namun, semakin hari jumlah pendaftar semakin banyak. Bahkan hiingga kini siswa kami terus bertambah. Saat itulah kami mulai kerepotan mengatur jumlah siswa dengan jumlah ruang kelas yang tidak seberapa. Selain itu, kami pun ikut kewalahan mengatur kendaraan-kendaraan mereka. Menyesuaikan dengan kondisi parkiran yang sangat minim.

Pada saat seperti itu, tak ada lagi yang bisa kami lakukan selain mengandalkan bagian depan rumah tetangga untuk dijadikan tempat parkir kendaraan para siswa kami. Motor-motor siswa diatur berjejer di depan rumahnya. Jarang kami bertemu dengannya sebab tetangga kami ini orang yang tampaknya cukup sibuk. Ia sering pergi di pagi hari dan pulang pada malam hari.

Sekitar empat tahun sudah, kami menggunakan halaman rumah tetangga untuk tempat parkir. Selama itu pula kami merepotkannya dengan keramaian dan kegaduhan hampir setiap hari. Kadang ia harus menyembangi kami, meminta tolong untuk memindahkan kendaraan yang menghalangi kendaraannya untuk masuk ke rumah. Bahkan tak jarang pula ia ikut mengatur kembali kendaraan di depan rumahnya. Meski begitu, tak pernah seingat kami beliau wajah kesal apalagi dengan marah-marah karena hal tersebut. “Di situ saja! Silakan. Tidak apa-apa.” Katanya.

BACA:  Membaca Grup Whatsapp Keluarga Mayoritas Dokter di Masa Pandemi
Gambar: Forum Kampung Bahasa Sulawesi (FKBS)
Gambar: Forum Kampung Bahasa Sulawesi (FKBS)

Begitulah di sekitar kita mungkin ada banyak orang-orang berjasa yang luput dari perhatian kita. Kita bahkan lupa kalau keberadaannya memberi begitu banyak manfaat bagi kita. Oleh karena itu, jika sekiranya apa yang kami lakukan berbuah kebaikan. Jika cita-cita kami tentang pendidikan yang lebih baik tercapai (Amin). Maka salah satu yang berjasa dalam hal itu adalah tetangga-tetangga kami. Mungkin bagi beberapa orang ini adalah hal kecil. Tapi entah apa yang harus kami lakukan sekiranya beliau tak bersedia memberi sedikit ruang di depan rumahnya untuk memarkir kendaraan siswa.

Tetangga kami, mungkin lahan parkir di depan rumahmu itu tidak begitu lapang. Namun kelapangan hatimu mencukupkannya. Semoga melapangkan pula jalanmu bertemu denganNya kelak.

Terima kasih tetangga kami yang baik. Semoga berlimpah bahagia selalu. 🙂

 

Penulis:

Halia Asriyani 
Blogaksaranemone.wordpress.com 
FBHalia Asriyani 
Twitter: @alyahaliaa 
–Artikel ini diikutsertakan dalam yang diselenggarakan oleh The River Post – Berbagi Hanya yang Baik
Artikel dalam Topik Ini :

Leave a Reply

Silakan dibaca juga