Pelipur Rindu Warga Aborigin Bernama Padewakang “Nur Al-Marege”

Bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 9 November 2019, sebuah perahu Padewakang meluncur ke laut. Perahu kayu berukuran 14,5 meter x 4,2 meter ini akhirnya mengapung di Laut Tana Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan, setelah berjam-jam ditarik dan didorong.

Di bagian belakang perahu, sepasang bendera berkibar berdampingan, bendera Indonesia dan bendera Suku Aborigin, Australia.

Foto: Andi Ayatullah Ahmad

Perahu Padewakang ini memang pesanan warga Australia keturunan Aborigin. Melalui Yayasan Abu Hanifa Institute Sydney, sejumlah warga keturunan Aborigin Australia mengumpulkan dana untuk membuat perahu tradisional legendaris ini. Perahu yang diberi nama Nur Al-Marege ini dikerjakan langsung oleh panrita lopi (pembuat perahu) di Bantilang, Tana Beru. Ini juga semacam upaya untuk merekatkan “mozaik” jejak leluhur Aborigin dan suku Bugis -Makassar. Sejarah mencatat, di zaman dulu, terjadi persentuhan yang intens antara suku Aborigin di Australia dengan pelaut-pelaut Bugis Makassar.

“Tujuan dari proyek ini untuk membangun kembali silsilah yang pernah ada di masa lalu antara suku Makassar dan Aborigin. Dulu orang Makassar sudah datang ke Australia membawa perahu Padewakang dan mereka bertemu dan berteman dengan suku asli Aborigin di sana, bahkan ada yang kemudian mengikat tali pernikahan,” kata pimpinan Yayasan Abu Hanifah, Shaykh Wesam Charkawi, yang disampaikan melalui penerjemah. 

Wesam datang ke Bulukumba bersama sekitar 20 warga keturunan Aborogin lainnya.

BACA:  Ketika Bahasa (Tambora) Punah

Orang-orang Aborigin, kata Wesam selalu berbicara tentang Makassar. Hubungan Makassar-Aborigin seperti cahaya yang tak pernah redup. “Kita adalah keluarga. Ketika berbicara tentang Makassar mereka selalu meneteskan air mata,” ungkap Wesam menggambarkan betapa orang Aborigin sangat mencintai orang Makassar.

Untuk mengobati kerinduan itulah sehingga Wesam dan rekan-rekannya memesan perahu Padewakang. Kini perahu Padewakang yang mulai dibuat bulan Juni 2019 yang lalu, sudah hampir selesai dan sudah diluncurkan ke laut. Upacara ini disebut Annyorong Lopi.

Rencananya Padewakang ini akan berangkat ke Makassar untuk melengkapi alat, seperti panel solar untuk listrik, sebelum dibawa berlayar ke Australia.

Bupati Bulukumba, AM Sukri Sappewali, yang hadir menyaksikan peluncuran perahu, menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Abu Hanifa yang memberikan kepercayaan kepada para panrita lopi Bulukumba untuk membuat perahu Padewakang. Menurutnya, proyek tersebut menunjukkan eksistensi Bulukumba sebagai pusat pembuatan berbagai jenis perahu kayu. “Selamat atas peluncuran perahu ini. Kami mendoakan para kru diberikan kesehatan, keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT sampai di Australia,” tuturnya.

Pengamat kelautan yang juga Tenaga Ahli Kemenko Maritim RI, Dr. Horst H. Liebner, menyebut Padewakang merupakan kapal tradisional pendahulu Pinisi. Padewakang konon tercatat sebagai nama perahu asal Sulawesi pada akhir abad ke-17. Kapal tersebut difungsikan VOC untuk mengantar surat dan sebagai kapal patroli. Dalam catatan syahbandar VOC, kapal jenis ini dimiliki saudagar asal Sulawesi. Saat ini, padewakang sudah jarang dibuat.

BACA:  Selama 40 tahun, Pria Ini Sendirian Membangun Taman Bermain di Dalam Hutan

“Pelayaran ini sebagai napak tilas perjalanan pelaut Makassar ke Australia menggunakan Padewakang, perjalanan akan menempuh waktu kurang lebih sebulan. Ada 12 orang yang akan membawa perahu ini, 10 orang termasuk saya asal Indonesia, dan 2 lainnya dari Australia,” ujar pria asal Jerman yang sudah puluhan tahun meneliti perahu di Indonesia.

Perahu Padewakang, kata Horst, digunakan para pelaut Indonesia dalam mengeksplorasi kawasan Australia pada abad 17-18, termasuk dalam pelayaran historis pencarian teripang. Peristiwa itu kemudian menjadi referensi dalam sejarah hubungan maritim Australia- Indonesia sebelum kedatangan orang Eropa.

Horst menggarisbawahi pentingnya peran pelaut nusantara dalam eksplorasi Australia. Tidak heran, replika perahu itu menjadi salah satu kebanggaan Indonesia yang ditampilkan pada pameran “Europalia, Liege, Belgia” pada 2017 lalu.

“Tujuh puluh tahun sebelum James Cook, pelaut Sulawesi sudah lebih dulu ke Australia. Semua itu tujuannya untuk menyadarkan khayalak Australia bahwa sejarah Australia itu berwarna-warni, dan bahwa Islam dan orang Sulawesi punya andil yang cukup besar dalam sejarah itu,” ungkapnya.

Berkaitan dengan itu, pelayaran napak tilas Padewakang dari Bulukumba ke Australia akan dihelat pada Desember mendatang. Bertepatan dengan peringatan 250 tahun kedatangan Kapten James Cook di Australia Timur pada 1770 Masehi.

BACA:  Seratus Tahun Kegelapan: Kisah Terjemahan Alquran Dalam Bahasa Inggris

“Tim membuat ulang perahu Padewakang mendasari dua maket perahu koleksi Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang dibuat tahun 1821, serta beberapa lukisan awal abad ke 19, dan juga dari deskripsi mendetail,” ungkap Horst.

Padewakang tanpa mesin ini akan berangkat menuju Makassar pada 22 November, dan direncanakan pada 1 Desember berlayar ke Australia. Pelayaran Napak Tilas ini diselenggarakan oleh Yayasan Abu Hanifah Institute, Sydney-Australia yang sekaligus mendanai pembuatan Padewakang.

Andi Ayatullah Ahmad
Latest posts by Andi Ayatullah Ahmad (see all)

Leave a Reply

Silakan dibaca juga