Selama 40 tahun, Pria Ini Sendirian Membangun Taman Bermain di Dalam Hutan

Pada awalnya, Bruno Ferrin hanya mengamati sekelilingnya.

“Saya melihat gerakan-gerakan di alam; ranting yang bergerak, burung yang sedang terbang. Lalu saya mendapatkan ide. Mungkin saya bisa membuat sebuah wahana bermain berdasarkan gerakan-gerakan tersebut.”

Sejak saat itu, sekitar tahun 1969, Bruno mendedikasikan hampir seluruh hidupnya untuk membangun taman bermain yang ia impikan. Setiap hari, Bruno menyisihkan waktu bekerja di dalam hutan Nervesa Della Battaglia, Treviso, Italia. Kadang sejam, setengah hari, bahkan sehari penuh.
Ketika pekerjaannya selesai, ia terperangah sendiri.

“Lihatlah betapa indahnya! Saya sendiri yang membuatnya.”

Foto: Oriol Ferrer Mesia
Foto: Oriol Ferrer Mesia
Foto: Oriol Ferrer Mesia
Foto: Oriol Ferrer Mesia
Bruno, pemilik dan pembuat Ai Pioppi  -Foto: Oriol Ferrer Mesia
Bruno, pemilik dan pembuat Ai Pioppi -Foto: Oriol Ferrer Mesia
Foto: Oriol Ferrer Mesia
Foto: Oriol Ferrer Mesia
Foto: Oriol Ferrer Mesia
Foto: Oriol Ferrer Mesia
Foto: Oriol Ferrer Mesia
Foto: Oriol Ferrer Mesia
Foto: Oriol Ferrer Mesia
Foto: Oriol Ferrer Mesia

Di taman bermain yang ia beri nama Ai Pioppi ini ada sekitar 40 hingga 50 wahana, mulai dari yang terkecil hingga terbesar. Semuanya bekerja secara manual, tanpa mesin.

“Kalau ingin bermain, Anda harus mendorong sendiri dan berkeringat,” kata Bruno.
Bagi Bruno, bagian itulah yang paling indah. Ketika seseorang harus mengupayakan sendiri kegembiraannya.

Namun sesungguhnya, kisah taman bermain tersembunyi ini adalah kisah tentang cinta Bruno pada istrinya Marissa, pada alam, dan pada kehidupan.

Setelah dibuka, banyak orang datang ke Ai Pioppi. Siapa pun bisa menikmati wahana di sini dengan gratis.

BACA:  Sekolah Untuk Apa ?

Banyak orangtua yang datang hanya untuk menemani dan mengajari anak-anaknya cara bermain.
“Tetapi saya yakin, jauh di dalam diri orangtua-orangtua itu, mereka juga merasa kembali ke masa kecil mereka,” kata Bruno.

Desanti Sarah
Latest posts by Desanti Sarah (see all)

Leave a Reply

Silakan dibaca juga