Sebuah cerita yang tercecer di lokalisasi Kalijodo
Kalijodo, sebuah wilayah di bilangan Jakarta Barat dan Jakarta Utara, berada di bantaran Kali Angke dan telah berdiri sejak zaman Belanda. Kalijodo awalnya sebuah tempat berkumpulnya muda mudi yang mencari jodoh di wilayah ini.
Era gubernur Ali Sadikin saat pembersihan lokalisasi di daerah Senen, Jakarta Pusat, para perempuan penghibur pindah ke wilayah Kalijodo. Seiring perkembangan waktu, mereka membangun bedeng tempat tinggal. Namun, jauh sebelumnya, sudah ada warga yang menempati lokasi ini.
Kalijodo kemudian menjadi sebuah lokalisasi yang cukup terkenal di Jakarta. Di tempat ini, warga berbaur dengan para mucikari serta perempuan penghibur, hidup harmonis tanpa saling mengusik. Warga setempat bekerja sebagai juru parkir, pedagang makanan, home industri dan berbagai profesi lain.
Di balik semua itu, kehidupan normal seperti perkampungan lain berjalan di sini. Masjid, musholla, gereja, majelis taklim, ada di sini. Juga industri rumah tangga, yang jarang menjadi sorotan secara umum.
Di sisi lain, tergambar kerapuhan jiwa perempuan penghibur, melalui goresan di dinding kamar, buku harian berisi catatan pengaduan kepada Sang Khalik. Stigma antara kehidupan gelap dan terang, mereka berusaha tampil dengan kepribadian ganda untuk eksistensi penerimaan lingkungan sosial mereka.
Jelang detik-detik akhir pengusuran, banyak cerita yang tercecer di tempat kelam ini. Kiranya foto cerita ini dapat sedikit mewakilkan kerapuhan jiwa anak manusia serta lingkungannya saat ingin kembali menyandarkan hati mereka pada sang Maha Kuat sebagai pelindung.
- Masih Ada Tuhan di Kalijodo - 04/03/2016