“Tetap tenang. Manusia adalah miniatur alam semesta.”

 
Saya pernah menganggap Robin Williams itu contoh orang paling bahagia di dunia. Dia bisa melucu seperti no effort. Di film atau di acara talk show, tawanya selalu lepas. Terlihat sekali bahwa ia jenius di bidangnya. Sampai kemudian terjadi seperti yang kita tahu bersama itu.
Saya juga mengidolakan Anthony Bourdain, seorang jurnalis, broadcaster, traveler yang paripurna. Ia meliput konflik, tapi juga nyaman kongkow di warung mahal maupun murah. Menikmati makanan tanpa khawatir kolesterol. Saya menonton salah satu seri dokumenternya di Discovery, dia makan bareng bosku di sebuah resto di Jakarta. Hidupnya terlihat ringan dan tanpa beban belaka. Sampai kemudian terjadi seperti yang kita tahu bersama itu.
Seperti quote yang konon diucapkan oleh Brad Meltzer: kita tidak pernah tahu pertarungan apa yang dihadapi seseorang dalam hidupnya. Yang bisa kita lihat cuma luarnya. Padahal bisa jadi ia harus melawan dirinya sendiri, pikirannya sendiri, dorongan hatinya sendiri. Itu kadangkala jadi perang yang sangat sulit dimenangkan. Beberapa orang terpaksa menyerah seperti Robin atau Anthony.
Mau diapa, kesadaran akan kesehatan mental masih rendah. Orang masih dengan mudah menyepelekan sesuatu yang tidak dipahaminya. Ah, cuma depresi itu, banyakin berdoa aja. Ah lebay, cuma psikosomatis, pakai Kutus-Kutus juga sembuh. Ah, cuma bipolar. Ah, cuma baby blues. Ah, cuma PTSD…
Di Indonesia, LGBT masih dikategorikan gangguan kejiwaan oleh jumhur praktisi klinis, dan kadang kita menjadikannya olok-olok tanpa mau peduli bagaimana mereka berusaha keras untuk menjadi normal. Yes, Mam. Bagi sebagian orang,normal itu anugerah. Karunia.
Apalagi kita hidup di zaman kacau begini, di mana kita selalu terdorong dan terpicu untuk jadi tidak waras. Di kehidupan nyata, kita lihat orang begitu pemarah di jalanan ketika menyampaikan pendapat. Di medsos, muncul “penyakit jiwa” baru bernama Instagramxiety dan Facebookxiety, semacam rasa cemas karena postingan orang lain. Orang posting foto liburan, kita yang kegerahan. Di TV, kita disuguhi politisi temperamen yang menunjuk-nunjuk orangtua tanpa rasa hormat sama sekali. Di grup WA, kita diserbu delusi bahwa Jokowi akan menjual Indonesia kepada Tiongkok. Dan di dalam diri sendiri, kita pun pelan-pelan takluk dan percaya bahwa Tuhan Maha Pemarah dan Penghukum. Lepas dari Rahman dan Rahim-Nya.
Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia.

BACA:  Anak, Bahasa Asing, dan Kecemasan-kecemasan Itu...

“Tetap tenang. Manusia adalah miniatur alam semesta.
Lebih besar dari pujian. Lebih luas dari cacian.”
–Tetap Tenang, The Panasdalam

#selfreminder
#digression

 
Fauzan Mukrim
Latest posts by Fauzan Mukrim (see all)

Leave a Reply

Silakan dibaca juga