Setelah shalat subuh yang nyaris kepagian, aku kembali rebahan di tempat tidur. Aku sengaja menunggu River bangun tidur. Ibunya sudah sibuk di dapur dan mengurus cucian. Jam 7 lewat, River menggeliat dan mulai menangis. Begitu dia selalu hingga ibunya datang menghampiri. Lalu aku peluk dia erat sekali.
Anak kecil ini. Suatu kali nanti dia akan menjadi besar dan pergi meninggalkan kami. mungkin turun ke jalan dan meneriakkan apa yang dia pikir benar. Entah mengapa, tiba-tiba ada terasa sesak di dada. semacam rasa tak berkekuatan. Sebagai ayah. Sebagai seorang anak.
Malam sebelumnya, aku dapat kabar, seorang kawan kena tembak. Sofyan namanya, dia juniorku di kampus. Ketika Sofyan masuk kuliah tahun 2001, aku sedang bersiap-siap hengkang. Kami terus terhubung karena bernaung di bawah himpunan mahasiswa yang terlanjur menggunakan kata “Korps”. Keanggotaan kami seumur hidup meskipun kami bukan lagi mahasiswa.
Sofyan anak baik, sedang meniti karir sebagai dosen muda di Universitas Al-Asyariah Mandar (Unasman) Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Tanggal 13 Januari kemarin ada bentrok di kampusnya. Polisi turun tangan membubarkan. Sofyan kena tembak di dada, lengan dan leher.
Sofyan dirujuk ke Makasar karena di Polman sarana RS tak memungkinkan. Sofyan sudah dioperasi hari Jum’at kemarin dan sekarang masih dirawat di bagian ICU Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. Peluru mengenai tulang belakang Cervical 6. Untuk ekstremitas bawah/kaki plegi (lumpuh), ekstremitas atas/tangan parese (mengalami kelemahan). Sensibilitasnya setinggi vertebra thoracal 12 (ini artinya, dari sedikit di atas pusar hingga ujung kaki, tidak merasakan sensasi raba atau bahasa kasarnya mati rasa).
Saat ini pernapasan masih di-support dengan ventilator, ini karena cedera yang mengenai tulng belakang C6 itu mempengaruhi fungsi kerja otot-otot napas.
Di paru-paru kanan terdapat efusi pleura (cairang di rongga pleura) tapi sudah teratasi dengan pemasangan chest tube.
Kondisi Sofyan sadar, tanda-tanda vital masih dalam batas normal tanpa bantuan obat-obatan vasopressor.
Singkatnya, meski sadar, Sofyan terancam lumpuh permanen.
Sofyan sendiri merupakan kebanggaan keluarganya, yang hidup dari bertani. Anak kedua dari tujuh bersaudara ini juga satu-satunya di keluarganya yang beruntung bisa menempuh pendidikan tinggi. Sofyan lulus dari Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas tahun 2005. Saat ini, istri Sofyan tengah hamil anak ketiga.
Tak lelah kami berdoa, meski kami tak bisa menerka seperti apa masa depan. Sekarang yang bisa kami lakukan adalah menggalang dana untuk Sofyan. Bang Gegen, salah satu senior kami, sudah memulai dengan gerakan “Rp.10.000 Untuk Sofyan”. Ini penggalangan dana internal korps, satu orang diharapkan bisa menyumbang Rp.10 ribu. Sepuluh ribu rupiah saja, insya Allah akan membantu meringankan beban Sofyan dan keluarganya.
Lalu aku terpikir, selama ini secara serampangan sering aku berkilah: temannya temanku adalah temanku. Maka aku memberanikan diri menulis ini. Aku punya banyak teman yang jika dia mengamini kilahku itu, maka akan menganggap Sofyan sebagai temannya juga.
Bila ingin menitip sesuatu, kalian tahu dimana aku biasa beredar.
salam,
ochan
KOSMIK E 31197058
- Khotbah di Atas Bukit - 10/10/2024
- Siapa Duluan? - 02/10/2024
- Dave - 26/11/2023