Jack Greenhalgh sepertinya sudah lama menyimpan keresahan itu. Sebagai seorang peneliti biologi, ia terbiasa masuk ke lingkungan tempat spesies objek penelitiannya. Mengubek-ubek kolam, misalnya. Lama kelamaan, ia memikirkan bagaimana cara bisa tetap meneliti tanpa membawa banyak gangguan kepada ekosistem. Jack kemudian menemukan jawabannya melalui bioakustik.
“Banyak kejadian ketika melakukan penelitian ekosistem air tawar, orang-orang masuk ke sana dengan jaring, jebakan dan banyak lagi. Pada akhirnya Anda mengganggu habitat dan kadang membunuh organisme di dalamnya. Kelebihan penelitian dengan bioakustik adalah, Anda tidak perlu melakukan itu. Anda cukup memasukkan mikrofon bawah air dan mendengarkan suara yang dikeluarkan oleh spesies yang ada,” kata Jack.
Jack tidak menggunakan jala atau jebakan, ia cukup menceburkan mikrofon bawah airnya ke dalam kolam. Dengan begitu, ia bisa mendengarkan semacam “konser kehidupan” serangga air dan ikan. Seperti namanya, bioakustik (bioacoustics) adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari suara-suara alam.
Menurut peneliti dari Universitas Bristol, Inggris ini, kondisi sebuah ekosistem bisa diketahui dengan mendengarkannya. Metode merekam suara ini jauh lebih ramah lingkungan dibanding metode penelitian lain.
Dikutip dari Science Focus, suara sangat penting bagi kelangsungan hidup banyak organisme. Dan pada dasarnya, hewan-hewan itu sangat berisik dan suka ramai.
Ketika mencari mangsa atau menarik pasangan, mereka menggunakan suara. Saat ini, perpustakaan referensi suara untuk sebagian jenis hewan, seperti burung dan kelelawar, sudah tersedia. Jack berharap nanti akan ada juga perpustakaan referensi untuk ekosistem air tawar.
Barangkali kamu rindu suara jangkrik, kumbang air, atau sekadar suara air hujan yang jatuh ke sungai, silakan dengarkan di sini.
https://soundcloud.com/ackreenhalgh
- Besse’, Fosil Homo Sapiens Tertua dari Sulawesi Selatan - 17/09/2021
- Indonesia Kembali Terima Vaksin Covid-19 Pfizer dan AstraZeneca - 02/09/2021
- Rindu - 28/03/2020