Pertanyaan itu muncul begitu saja setelah seharian bosan menunggu dosen pembimbing meluangkan semenit dua menit waktunya untuk saya. Iseng-iseng pertanyaan yang lebih pantas ditanyakan ke anak SD ini sempat saya tuliskan di kolom status facebook, dan jawabannya? bisa ditebak. Supaya pintar atau pandai. Tetapi tentu saja sekolah hanya satu dari 6371 jalan untuk menjadi pintar atau pandai.
Lalu, untuk apa bersekolah? Supaya dapat kerja? … Sorry to say, laporan BPS per Februari 2010 menyebutkan pengangguran terbuka mencapai 8,59 juta orang. 14,24 persen atau 1,22 juta orang adalah sarjana. Sebelumnya sebuah hasil penelitian dari Universitas Brawijaya menyebutkan jumlah sarjana yang menganggur di Indonesia adalah sebanyak 2,6 juta orang. Data yang lain menyebutkan jumlah keluaran Universitas yang menganggur setiap tahunnya mencapai 60%, sedangkan yang terserap lapangan kerja hanya 37%. Itu data enam tahun yang lalu. Silakan cari sendiri data terbaru. Di tengah maraknya sekolah setingkat perguruan tinggi yang tidak memikirkan kualitas dan daya serap keluarannya saya yakin sekali data yang kamu temukan pasti lebih menyeramkan.
Satu contoh; di kota tempat tinggal saya terdapat lima Akademi Keperawatan/Kebidanan. Sebutlah setiap tahun masing-masing sekolah itu meluluskan 500 orang perawat siap pakai. Berarti setiap tahun di kota saya ada 2500 perawat baru, kinyis-kinyis. Tapi tunggu dulu, tahun 2014 penerimaan CPNS formasi Perawat/Bidan di kota saya tidak sampai 20 orang. Tahun 2015 malah tidak ada penerimaan CPNS padahal lima akademi itu tetap mewisuda mahasiswanya. Ke mana 4980 orang perawat/bidan lainnya? Hanya ada empat rumah sakit swasta di sini dengan personil yang lebih dari cukup. Mereka bekerja di kabupaten tetangga barangkali? Nehi! Di kabupaten tetangga juga ada sekolah yang sama. :p
Jadi, sekolah agar mudah dapat kerja? berhentilah bermimpi. Fakta justru cukup banyak membuktikan tidak sedikit orang yang bisa bekerja bahkan membuka lapangan kerja bagi orang lain yang ternyata dianggap tidak pintar karena tidak sarjana atau bahkan hanya sekolah sampai SMP saja.
Sekolah untuk kemudian membangun bangsa dan negara? Ini juga lucu, malah bisa bikin mules sampe cepirit. Siapa kelompok paling garong di negeri ini? orang-orang pandai, petinggi negara yang sekolahnya sudah ke mana-mana itu justru mengeruk kekayaan negeri. Dengan cara yang canggih, cara yang tidak pernah bisa terpikirkan dalam kepala orang-orang yang tidak bersekolah, mereka mencuri dan menumpuk harta di bawah retorika hukum dan aturan yang mereka kuasai dan buat sendiri! Hidup Mahasiswa! #eh Mereka semua orang-orang pintar hasil didikan sekolah. Siapa lagi yang menghancurkan bangsa ini? sekumpulan dosen-dosen yang mendapatkan uang dengan membuatkan mahasiswanya skripsi untuk kemudian mereka uji sendiri #lemparsendal! dan mereka adalah …. orang-orang pintar hasil didikan sekolah-sekolah tinggi. Masih mau contoh lain? cari sendiri. Celana saya basah, cepirit.
Bagi saya, bersekolah itu tujuannya cuma satu. Belajar untuk tahu sesuatu, dari tidak tahu menjadi tahu. Itu saja. Kalau dari proses tidak tahu menjadi tahu itu kamu bisa menjadi bijak. Itu semata-mata hadiah dari Yang Maha Kuasa. Mau kaya raya? berhentilah bersekolah, berjuanglah, jadilah pengusaha. Terlanjur senang dengan dinamika bersekolah? ubah niat, menjadi tahu dari tidak tahu adalah tujuan yang lebih bermanfaat dan masuk akal. Kalau itu juga susah, bukalah kantin di sekolah.
Saya ada jawaban lain dari pertanyaan “sekolah untuk apa?”, tujuan ini lebih menantang dan jauh lebih bermakna. “Sekolahlah, supaya kamu tahu rasanya bolos!”.
- Sekolah Untuk Apa ? - 04/03/2016
- Ambe’ Korang, Pengukir Tau Tau Buku dari Rembon - 24/02/2016