Kamis 11 Februari, Mallory Smother memerah ASI sebelum menyusui bayinya. Ia memang biasa menyusui bayinya dua jam sekali di malam hari, sementara aktivitas memerah ASI ia lakukan di pagi atau siang hari.
Di Jumat pagi keesokan harinya, ia mendapati bayinya agak rewel, hidungnya mampet dan bersin berkali-kali. Ia menduga bayinya sedang flu. Setelah itu, Mallory kembali memerah ASI seperti biasa.
Namun ia menemukan sesuatu yang mencengangkan. ASI yang dipompa setelah ia menyusui bayinya yang sedang flu, berwarna lebih kuning keemasan. Itu hal baru bagi Mallory, dan sedikit banyak membuatnya penasaran. Ia lalu menggunggah foto perbandingan ASI itu di laman Facebook-nya.
Untuk memuaskan rasa penasarannya, Mallory juga mencari bahan bacaan di internet dan menemukan sebuah hasil penelitian yang memperkuat dugaannya.
“Saya membaca artikel dari sebuah jurnal kesehatan tentang bagaimana ASI bisa berubah sesuai dengan kebutuhan bayi,” tulis Mallory di laman Facebook-nya.
Artikel yang ia maksud dirilis oleh Clinical & Translational Immunology Journal, yang menjelaskan bahwa infeksi pada seorang ibu atau bayinya bisa memicu lonjakan leukosit (jenis sel darah putih yang membantu melawan infeksi) di dalam ASI. Kondisi ini kurang lebih mirip dengan saat seorang ibu menyusui yang menghasilkan kolustrum di awal-awal menyusui setelah persalinan. Kolustrum pada ASI diketahui juga banyak mengandung antibodi dan leukosit.
Namun, bagaimana ASI itu bisa “tahu” bahwa seorang bayi sedang sakit?
Katie Hinde, seorang peneliti dan Associate Professor di Center for Evolution and Medicine, School of Human Evolution & Social Change, Arizone State University, menjelaskan, saliva atau air liur bayi bisa menyelinap melalui puting dan masuk ke tubuh ibu saat bayi menyusu. Reseptor kelenjar susu lalu menafsirkan air liur itu apakah mengandung bakteri atau virus. Jika terdeteksi bayi sedang sakit atau melawan infeksi, maka tubuh ibu akan menyesuaikan.
“Itu salah satu cara bayi untuk memberitahu ibunya mengenai kondisinya, dan ibunya akan merespon dengan memproduksi antibodi untuk melawan infeksi melalui ASI,” kata Katie Hinde, sebagaimana dikutip dari Huffington Post.
Itulah keajaiban tubuh manusia.
Takbiir!