Pertanyaan yang Tidak Dijawab Eka Kurniawan: Sebuah Wawancara yang Gagal

Sejak Kamis (10/3), linimasa ramai oleh kabar masuknya buku Man Tiger karya Eka Kurniawan dalam longlist penghargaan bergengsi Inggris, The Man Booker International Prize (MBIP). Dalam daftar itu, Eka bersanding dengan 12 penulis dunia lainnya, seperti Kenzaburo Oe (Jepang) dan Orhan Pamuk (Turki).

Eka Kurniawan dikenal sebagai penulis yang persisten dan konsisten. Karya lain Eka, Beauty is A Wound, masuk dalam daftar “100 Buku Terkemuka Tahun 2015” versi surat kabar Amerika Serikat,  The New York Times. Buku yang dirilis penerbit New Directions itu masuk daftar bersama God Help The Child, novel karya peraih Nobel Sastra asal Amerika Serikat, Toni Morrison. Beauty is A Wound adalah terjemahan “Cantik Itu Luka” yang diterbitkan pertama kali oleh Akademi Kebudayaan Yogyakarta dan Penerbit Jendela pada 2002. Buku itu juga kemudian diterbitkan ulang oleh Gramedia Pustaka Utama, penerbit yang sama yang menerbitkan “Lelaki Harimau”. Lelaki Harimau  ini yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan judul Man Tiger.

Man Booker International Prize (MBIP) sebelumnya digelar setiap dua tahun sekali. Namun, mulai tahun ini MBIP akan memberikan penghargaan setiap tahun berdasarkan buku tunggal. Sebagaimana dikutip dari laman resminya, The Man Booker Prize tahun ini menilai 155 buku. Dari jumlah itu, lima orang juri MBIP kemudian menominasikan 13 buku, yaitu:

A General Theory of Oblivion (Harvill Secker), José Eduardo Agualusa (Angola), Penerjemah: Daniel Hahn.
The Story of the Lost Child (Europa Editions), Elena Ferrante (Italia), Penerjemah: Ann Goldstein.
The Vegetarian (Portobello Books), Han Kang (Korea Selatan), Penerjemah: Deborah Smith.
Mend the Living (Maclehose Press), Maylis de Kerangal (Perancis), Penerjemah: Jessica Moore.
Man Tiger (Verso Books), Eka Kurniawan (Indonesia), Penerjemah: Labodalih Sembiring,
The Four Books (Chatto & Windus),Yan Lianke (China), Penerjemah: Carlos Rojas,
Tram 83 (Jacaranda), Fiston Mwanza Mujila (Republik Demokratik Kongo/Austria), Penerjemah: Roland Glasser.
A Cup of Rage (Penguin Modern Classics), Raduan Nassar (Brazil), Penerjemah: Stefan Tobler.
Ladivine (Maclehose Press), Marie NDiaye (Perancis), Penerjemah: Jordan Stump.
Death by Water (Atlantic Books), Kenzaburō Ōe (Jepang), Penerjemah: Deborah Boliner Boem.
White Hunger (Peirene Press), Aki Ollikainen (Finlandia) Penerjemah: Emily Jeremiah & Fleur Jeremiah.
A Strangeness in My Mind (Faber & Faber), Orhan Pamuk (Turki), Penerjemah: Ekin Oklap.
A Whole Life (Picador), Robert Seethaler (Austria), Penerjemah: Charlotte Collins.

BACA:  Keuntungan Bekerja di Hari Libur

Shortlist yang akan mengerucut menjadi 6 nominasi, akan diumumkan pada 14 April.  Adapun pemenang MBIP 2016 akan diumumkan pada 16 Mei dengan total hadiah senilai £50,000 yang dibagi untuk penulis dan penerjemah.

Sebagai media yang barokah dan progresif, River Post tentu tak mau ketinggalan mewawancarai Eka Kurniawan mengenai pencapaiannya ini. Namun karena kesibukan Eka sehingga tak memungkinkan untuk bertemu langsung, maka wawancara dilakukan via WA dan email.

Sebagaimana “wawancara” saya dengan Dian Sastro kemarin (bisa dibaca di sini), saya juga menyusun pertanyaan-pertanyaan brilian untuk Eka, yang saya yakin belum ada di media lainnya.

Sayangnya, sebelum Eka membalas email saya, jawaban-jawaban pertanyaan itu sudah duluan ada  di berbagai media. Misalnya, apakah dia menyangka Man Tiger akan masuk nominasi MBIP?

“Saya nggak nyangka. Nggak dapat kabar juga dari Man Booker. Cuma tahu dari teman-teman saja tadi pagi,” jawab Eka sebagaimana dikutip dari detikHOT.

Atau pertanyaan mengenai apa sesungguhnya yang ingin ia sampaikan melalui Man Tiger, sudah dijawab Eka juga di CNN Indonesia TV.

“Kita tahu bahwa pembunuhan adalah sebuah kejahatan. Tapi kan kita selalu bertanya-tanya. Kadang kita merasa menerima sebuah pembunuhan, oke… orang ini jahat memang harus dibunuh. Atau ‘Aku ngerti kenapa dia marah’. Moralitas seperti itu yang novel ini pertanyakan.”

BACA:  Tan Malaka dan Ridwan Kamil

Dan lain-lain…

Akhirnya, karena saya merasa artikel ini harus ada wawancaranya, saya terpaksa menyusulkan pertanyaan pamungkas. Sebenarnya ada 3 pertanyaan yang saya simpan, yaitu:

  1. Apa yang Eka pikirkan tentang Tere Liye?
  2. Menurut Eka, siapa yang lebih hebat, Pramoedya Ananta Toer atau Andrea Hirata?
  3. Pertanyaan apa yang ingin Eka jawab tapi sampai sekarang belum ada yang menanyakannya?

Namun, karena sesuatu dan lain hal, saya hanya menanyakan salah satu di antaranya. Pertanyaan yang mana, nanti saya kasih tahu.

Kemudian, yang jadi soal juga adalah saya butuh foto Eka Kurniawan untuk ilustrasi artikel, tapi saya enggan mencomot foto yang sudah ada di internet. Saya ingin sebuah foto yang intim dan akrab, sehingga saya meminta bantuan seseorang yang saya pikir cukup dekat dengan Eka.

“Tapi jangan ngarep foto yang super yaaah, karena aku bisanya foto gitu-gitu aja, pake iphone,” kata perempuan yang saya mintai tolong itu.

Tak apa, kata saya. Under atau overlight, foto yang diambil dengan cinta kasih, pasti lebih bagus…

Dan besoknya saya menerima kiriman foto ini, dipotret sendiri oleh Ratih Kumala, penulis ternama yang juga istri Eka. Foto itu disertai dengan sedikit pesan. “Ekanya ogah difoto resmi sambil madep kamera. Jadi saya foto begini. Semoga cucok.”

BACA:  Mungkin

Eka Kuriniawan di pagi hari --Foto: Ratih Kumala
Eka Kurniawan, pada suatu pagi… –Foto: Ratih Kumala

 
Yes. Cucok banget.

Adapun jawaban dari pertanyaan terakhir itu, belum juga dijawab oleh Eka sampai artikel ini ditulis. Nanti deh kapan-kapan saya susulkan. Saya sudah tidak tahan. Dari kemarin, pimred River Post Desanti Sarah sudah bolak balik mendesak, “Kapan mau tayang berita Eka ini? Ini media online lho. Mana speed-nya? Mannaaaaa?”

Mau saya bantah, sembari memberinya paparan data mengenai berapa banyak media online yang justru terbunuh karena speed. Tapi karena mengingat ia istriku sendiri, saya memilih diam dan patuh.

Maka, inilah jadinya. Semoga dibaca dengan senang. 🙂

 

Fauzan Mukrim
Latest posts by Fauzan Mukrim (see all)

Leave a Reply

Silakan dibaca juga