-One man’s trash, another man’s treasure-
Sampah buat situ ternyata harta karun buat eikeh. (terjemahan bebas)
Untuk target yang diberikan kepada setiap Superhero yaitu menyelamatkan bumi, sebenarnya bisa di-breakdown jadi jutaan target-target kecil yang bisa dilakukan common hero alias manusia biasa macam kita. Program 5 R alias Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Replant itu menurut saya sangat mungkin diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain pengaturan sampah di rumah tangga yang sudah harus dipisahkan sampah yang bisa didaur ulang dan yang tidak, satu hal yang dekat dengan keseharian kami di sini adalah R yang Reuse. Reuse sendiri artinya kurang lebih adalah menggunakan barang yang sama untuk fungsi yang sama (misalnya menggunakan tas belanja yang sama daripada setiap belanja meminta plastik baru) atau untuk fungsi baru (misalnya air bekas mencuci beras atau makanan dijadikan air untuk menyiram tanaman). Tapi Reuse ini bisa juga menggunakan kembali barang yang sama dengan fungsi yang sama, dengan pengguna yang berbeda. Pengguna barang lungsuran, begitu mungkin kita menyebutnya. Untuk beberapa orang yang tidak menjadikan penggunaan barang bekas milik orang lain sebagai pilihan, biasanya mereka tetap ikut dalam siklus ini, dengan berada di posisi sebagai penyedia barang lungsurannya.
Saat sampai di sini pertama kali, yang sudah umum di grup ataupun laman komunitas Indonesia di kota ini adalah banyak tawaran barang yang bisa diadopsi lagi, dalam kondisi yang masih bagus. Itu sangat membantu kestabilan cash flow di awal menetap, karena kita tau printilan seperti piring dan alat dapur lainnya kalau dibeli sekaligus cukup bikin manyun. Kecuali kalau memasaknya ala Flintsone yang cuma perlu satu kuali dan satu tongkat kayu untuk mengaduk. Tawaran lungsuran pakaian musim dingin seperti coat atau sepatu boots juga akan bersliweran, terutama dari teman-teman yang akan kembali ke Indonesia. Pemikirannya sederhana saja, barang-barang tersebut nggak akan cocok dipake di wilayah Indonesia bagian mana pun, kalau dibawa juga akan memenuhi jatah bagasi yang lebih baik digunakan untuk membawa barang-barang yang lebih penting, dan kalau bicara masalah nostalgic reason ya sudahlah kan selama sudah pernah berfoto menggunakan coat atau sepatu boots tersebut (apalagi sudah pernah diupload di sosmed) maka akan mudah mengenang-ngenangnya. Ini salah satu dari sedikit situasi win-win solution yang paling adil di dunia nyata. Yang memberikan senang, yang menerima biasanya jauh lebih senang lagi. Lagi-lagi vitamin buat kesehatan dompet kan, harap diingat kesehatan dompet Anda tidak ditanggung oleh NHS (Asuransi Kesehatan di Inggris).
Penggunaan ulang ini bukan hanya di kalangan orang Indonesia, tapi sudah jadi budaya di sini juga. Ada banyak charity shop di mana kita bisa membeli barang yang masih layak pakai dan cantik dengan harga yang bikin Gober Bebek pun bisa tersenyum. Sudah jadi kebiasaan orang di sini untuk membeli barang sesuai musim, dan jika musim sudah lewat biasanya mereka akan mengganti barang. Daripada menyimpannya untuk musim yang sama di tahun berikutnya yang tentu saja harus mempertimbangkan tempat penyimpanan dan perawatan, umumnya orang memilih memberikan dengan sukarela barangnya ke charity shop, yang akan menjual dengan harga yang nungging sangking miringnya.
Ada juga yang ikutan menjualnya di kegiatan Car Boot yang populer di UK, yaitu berkumpul di satu area yang sangat luas ramai-ramai menjual segala barang layak pakai, biasanya di mobil masing-masing. Segala barang ada, dan harga yang dipasang seperti hanya sekedar ada ‘tanda jual-beli’ atau tanda transaksi. Intinya mereka hanya ingin melepas barang barang itu dari rumah mereka. Saya baru sekali ke Car Boot, dan pulangnya membawa segambreng buku, puzzle, mainan anak serta kursi, semuanya hanya mengeluarkan uang 3 Poundsterling (sekitar 60 ribu rupiah). Permasalahan di sini biasanya terbentur hanya di satu hal : Bagaimana cara membawanya pulang? Bayangkan saja, ada yang melepas seperangkat meja makan yang masih cakep dengan 3 Pound saja, atau kasur dengan 2 Pound. Hal ini juga dipicu oleh kebijakan bahwa saat kita mau ‘membuang’ barang barang besar seperti sofa, lemari atau meja, kita harus menghubungi City Council dan meminta mereka mengambil barang tersebut karena kita tidak bisa membuangnya begitu saja. Untuk itu kita harus membayar cukup mahal. Sewaktu ‘membuang’ sofa dan kulkas yang tidak dipakai di rumah yang kami sewa, kami harus membayar 25 Pound ke city council. Jadi ya wajar kalau orang di sini malah senang kalau ada yang mau mengambil barang yang tidak dia butuhkan.
Lalu ada apa dengan Mulan? Mulan adalah istilah kita orang Indonesia untuk barang-barang yang kita temukan di depan rumah orang yang memang diniatkan untuk ‘dibuang’. Mulan itu sendiri adalah singkatan untuk neMU di jaLAN., atau ada juga modifikasi MUngut di jaLAN. Silahkan pasang mata saat berjalan, karena banyak harta karun yang tidak perlu digali dan jaraknya bisa kita temukan hanya dalam radius raihan tangan kita. Mulai dari stroller Maclaren, carseat Britax atau boks bayi Graco yang di Indonesia dijual di toko retail perlengkapan anak-anak hits yang jadi incaran ibu-ibu urban, peralatan makan pecah belah Ikea dan Mark & Spencer (yah pas di Indonesia mah jelas kita pilih pakai piring dan gelas melamin yah), keyboard, slowcooker dan blender, jemuran, dan mainan anak-anak mulai dari yang kecil seperti mobil-mobilan sampai yang besar macam perosotan atau trampolinnya ELC, bisa tiba-tiba mejeng di depan satu rumah dengan isyarat yang jelas dari barang barang tersebut: “Ambil saya. Saya sudah nggak dibutuhkan lagi di rumah ini. Terima kasih untuk mengambilnya,”
Jadi terserah ada yang bilang ini adalah Reuse, atau salah satu bagian dari Reduce yang menghemat limbah, dan edisi lebaynya yaitu salah satu cara termudah ikutan menyelamatkan bumi ini. Tapi yang paling jelas ini adalah salah satu cara berhemat. Ingat saja, hemat pangkal jalan-jalan, kan? Ahem.
- Rahasia Bahagia di Usia 100 Tahun - 15/02/2017
- Don’t Flush Our Dreams and Hope (Especially in The Toilet of Virgin Train) - 06/01/2017
- Mulan Menyelamatkan Bumi - 19/06/2016