Menjadi Cerdas di Dunia Maya

Menjadi cerdas atau bodoh di dunia maya sebenarnya hanyalah pilihan mudah. Di internet, dengan kepesatan alur informasi yang demikian tinggi, kita bisa meraup berbagai informasi APAPUN, baik yang menjadi asupan bermanfaat untuk otak kita, atau malah jadi racun yang merusak pikiran sehat kita. Tulisan ini sekadar menghamparkan sejumput pandangan bagaimana bisa menjadi cerdas di dunia maya. Tentu saja ini hanya pandangan subyektif, Anda bisa memiliki pandangan yang lebih baik tentunya.

Melalui internet [bil khusus social media], peluang anda untuk menjadi bodoh dan pintar sama besarnya, 50-50. Otak anda bisa makin tumpul kalau setiap hari diasupi dengan beragam link berita atau status yang hanya berisikan hujatan, serangan atau celaan ke golongan tertentu. Nyinyir dan sok merasa lebih cerdas dan mampu mengatasi masalah – walaupun hanya sekadar di status socmed, semua orang sepertinya bisa melakukannya. Terlalu mudah. Semudah anda juga akan dicap “haters” atau “bigot” karena terus-terusan bertingkah seperti anak kecil yang berbekal informasi copas sekadarnya sudah berani cuap-cuap gak karuan tentang hal-hal kenegaraan dan ketuhanan sambil menyerang pihak seberang. Itu kalau anda memilih untuk memanfaatkan peluang pertama.

Nah peluang kedua, anda bisa berada di sisi sebelahnya. Menjadi pemakai internet yang positif. Daripada ikut-ikutan menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya, Anda bisa menjadi pembelajar yang kritis. Lakukanlah riset mudah dengan berselancar di dunia maya. Bukankah perintah agama, juga petuah bijak dari kearifan tradisional yang kita anut, meniscayakan keharusan untuk menggali lebih banyak informasi sebelum mengunyahnya menjadi keyakinan?

Selain milyaran artikel penambah pengetahuan, semisal know-how atau motivasi [agama, self-help, popular science], juga bertebaran jutaan buku digital [ebook] yang bisa anda akses dengan gratis. Menurut Wikipedia, ada sekitar 6,000,000 ebook yang sudah diaplod ke berbagai website penyedia layanan ebook. Sebahagian besar adalah gratisan, termasuk yang disediakan googlebooks di mesin pencarinya.

BACA:  Didiagnosa Disleksia, Gadis Kecil Ini Membaca 1151 Buku Selama...

Bagi anda penyuka novel atau sastra, ada sekitar 21% ebook yang disajikan adalah genre fiksi. Tentu saja yang lebih banyak masih ebook jenis non-fiksi, terutama buku-buku ilmiah populer; komputer, sejarah, sains, agama, budaya, dan sebagainya. Anda penyuka penulis besar seperti Pramoedya Ananta Toer, Rendra, ES Ito, hingga Gabriel Garcia Marquez dan Haruki Murakami? Buku-buku karya mereka bisa dinikmati hanya dengan sekali klik. Di salah satu web, karya Pramoedya dari Arus Balik, Tetralogi Pulau Buru, Gadis Pantai hingga beberapa kumpulan Cerpen Cerita Dari Blora tersedia dan bisa diunduh gratis.

Wikipedia mencatat bahwa 42% dari ebook yang tersedia di internet itu tergolong non-fiksi, sebahagian besar mungkin buku serius untuk menambah pengetahuan Anda. Semacam perpustakaan besar untuk Anda meraup sebanyak mungkin pengetahuan. Anda bisa jadi sarjana, tanpa perlu memasuki jenjang formal kependidikan. Untuk apa mengejar gelar akademik kalau tujuan utama anda adalah Ilmu semata. Buku-buku yang pernah ditulis Gus Dur, Nurcholis Majid, hingga Buya Hamka juga tersedia di sana. Yang masalah mungkin tidak begitu banyak buku berbahasa Indonesia yang bisa didapatkan, karena sebahagian besar buku referensi dalam bahasa inggris, kecuali dari penulis-penulis Indonesia tentunya. Buku-buku klasik Agama Islam yang berbahasa Arab juga bisa didapatkan. Kitab-kitab babon semacam Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan lain-lain dalam bahasa dan tulisan aslinya juga tersedia.

Ya, internet menyediakan segalanya. Anda bisa menyusun kurikulum sendiri dengan rujukan yang mirip dengan apa yang Anda dapatkan di Universitas. Kalau Anda ingin terbebas dari ketidaktahuan, misalnya tentang “Apa itu Mazhab Mu’tazilah?” . Anda bisa menyusun kerangka belajar sendiri dengan menyusun formulasi tema seperti: 1) Sejarah Mu’tazilah dan Ajarannya, 2) Pandangan Luar Terhadap Mu’tazilah 3) Karya-karya Pemikir Mu’tazilah Masa Awal 4) Mu’tazilah di era Modern 5) Mu’tazilah di Indonesia (melalui pemikir Harun Nasution dan Cak Nur). Ketimbang mengutuk dan mencemooh, justru lebih baik mulai mempelajari dan memahaminya dari riset atau karya langsung yang bersangkutan. Nyaris semua karya besar pemikir-pemikir agung itu tersedia di internet melalui ebooks gratisan. Hampir semua ebook itu memuat keseluruhan halaman buku fisiknya, dari halaman judul hingga indeks dan daftar referensi. Dari daftar referensi, Anda bisa kembali menelusuri buku-buku lainnya dengan tema yang sejenis untuk memperkaya bacaan. Dan sekali lagi, bukan tidak mungkin buku-buku rujukan itu juga tersedia bebas dalam bentuk ebooks.

BACA:  19 Januari, "Wiji Thukul" Hadir di Bioskop

Siapa yang menyediakan ebooks ini? Semua bermula dari niat mulia, berbagi ilmu. Mungkin ada segelintir mereka yang bermaksud menyebarkan ideologi untuk dikenali seluruh dunia dengan buku-buku yang disebar. Tapi tentu saja kita mesti bijak menanggapi. Ilmu adalah bebas nilai, anda boleh menggunakan tidak saja untuk mendukung kepentingan anda, tapi juga bisa untuk menyerang kepentingan orang lain. Terserah Anda. Bahkan kitab suci pun kalau ditanggapi dengan sinis, bisa anda gunakan untuk menyerang siapa saja, termasuk Tuhan bukan?

Dari sekian situs penyedia ebook yang saya sering kunjungi maka ada tiga website ini yang paling lengkap menurut saya:

http://bookzz.org/

http://gen.lib.rus.ec/

http://www.gutenberg.org/

Sebenarnya masih banyak penyedia ebook dan artikel positif lainnya di dunia maya, termasuk yang temanya khusus. Website-website dengan orientasi keagamaan atau ideologi tertentu biasanya menyediakan semua bahan bacaan untuk mengenali pemikiran mereka. Itu tinggal diklik aja ke situs resmi mereka dan dari situ akan diarahkan ke arsip bacaan mereka.

Satu masalah etik yang mungkin jadi pertimbangan adalah soal pelanggaran hak cipta. Di hampir setiap buku yang diterbitkan ada disclaimer untuk tidak menyebarluaskan dan memperbanyak buku tersebut tanpa seizin penulis atau penerbit. Tentu saja ini dilema, apalagi sepertinya masih banyak buku tersebut tersedia dalam bentuk fisiknya. Ya, agar barokah lebih baik memang membeli buku fisiknya, sekira masih bisa didapatkan dengan mudah di toko buku atau toko online. Bukankah rasa membaca buku sambil membaui aroma kertas itu lebih nikmat dan eksotik ketimbang memelototi layar monitor desktop atau tablet?

BACA:  Membaca Kartini

Selain itu, ada juga banyak website yang menyediakan kuliah atau sharing informasi untuk publik. Kebanyakan informasi ini bertema khusus namun disajikan dengan Bahasa sederhana, karena memang dimaksudkan untuk semua usia. Beberapa diantaranya adalah

https://www.ted.com/

https://indonesiax.co.id/

Juga kampus-kampus ternama sudah menyediakan jalur kuliah online seperti Harvard, Oxford dan sebagainya. Jadi, sekarang terserah Anda, siapkan menjadi pembelajar yang baik melalui dunia maya?

Ayo, jadikan internet sebagai tempat Anda belajar menjadi cerdas!

Muhammad Ruslailang
Latest posts by Muhammad Ruslailang (see all)

Leave a Reply

Silakan dibaca juga