Meniru Kedai Buku Jenny

Fauzan Mukrim

Kedai Buku JennyKonon, salah satu keputusan terberat dalam hidup, adalah pada saat harus memilih dengan siapa engkau akan menjadi tua dan menghabiskan sisa umur.

Nak, sekarang coba bayangkan dirimu seorang perempuan.

Bukan mau bias gender atau seksis, tapi rasanya keputusan itu akan jadi dua kali lebih berat bila engkau perempuan. Kamu bertemu seorang lelaki di pertengahan usia 20, dan dia menawarkan kamu akan bahagia dengannya. Lalu kamu bilang, bahagia tidak sesederhana itu. Kita bukan Kedai Buku Jenny, sebuah kedai buku kecil di Kota Makassar yang sering mengkampanyekan bahwa “bahagia itu sederhana”

Kamu tak tahu siapa dia. Benar. Apa yang bisa kamu tahu dari orang yang baru kamu kenal 2-3 tahun?
Tak ada jaminan dia pria yang seperti kau bayangkan. Tak ada jaminan dia bukan agen CIA, Mossad, atau Syiah sekiranya kamu Sunni (atau sebaliknya).

Seorang perempuan yang kau kenal, Nak, pada suatu waktu pernah mengalami itu. Pria yang datang padanya dan mengajaknya hidup bersama tidak membawa apa-apa kecuali pengakuan gemar membaca buku, yang sebenarnya bukan kelebihan karena ada 1,5 milyar pria lain di dunia ini yang juga gemar membaca.
Fauzan Mukrim
(Ini waktu saya masih pendekatan dan rajin membual. Saya sedang berusaha meyakinkan dia bahwa saya bisa berjalan di atas air… 🙂 Terima kasih untuk kawan yang sudah memotret momen ini. Saya lupa siapa…)

Tentu ia diterima –sebagai teman. Tidak lebih. Tapi ia tak kenal menyerah. Bagai Ronin ia mengincar semua kemungkinan untuk menambah poin. Hingga suatu saat ia diberi kesempatan. Tapi ia berbuat kesalahan. Dan semua buyar.

BACA:  Iwan

Ia harus mulai dari awal lagi. Datang mengiba meminta pengampunan.

“Skala 1 sampai 10, berapa kemungkinan saya masih bisa dipertimbangkan kembali?” katanya pada perempuan itu.
“Nol,” kata si perempuan.

Tapi kamu tahu, pria itu seorang petarung, Nak. Dan perempuan yang dulu bilang “nol” itu tak hanya cantik luar, tapi juga dalam. Ia seorang pemaaf.

Hari ini, mereka sudah 6 tahun bersama. Dan melalui merekalah, kamu menyusup ke Bumi untuk turut membuktikan betapa sederhananya peralatan untuk berbahagia itu. 🙂

Fauzan Mukrim

1 Comment

Leave a Reply

Silakan dibaca juga