Dan saya nggak pernah tahu ini kalau mertua saya nggak cerita ke saya.
Saya pindah ke rumah mertua semenjak menikah. Mertua saya tinggal di sebuah perumahan di pinggir kota.
Pada beberapa blok dari rumah mertua saya, ada sebuah rumah besar yang kalau waktunya bulan puasa selalu ramai setiap malam. Suami saya bilang bahwa rumah itu mengadakan shalat taraweh setiap malamnya. Dan pemilik rumah itu sudah mengadakan shalat taraweh itu selama bertahun-tahun. Bahkan jauh sebelum kami menikah.
Tetangga saya di rumah mertua itu rata-rata Tionghoa, kiri-kanan. Jadi di kompleks itu nggak ada mesjid. Sewaktu saya dengar si tetangga pemilik rumah besar itu bikin taraweh tahunan, saya kemecer ingin datang dan ikutan sholat. Hanya untuk kepingin tahu siapa aja tetangga saya yang muslim.
(Keinginan itu buyar karena ternyata suatu malam saya lewat sana, menjumpai rumah itu habis bubaran taraweh. Jemaahnya keluar dari rumah untuk berjalan pulang. Kebanyakan dari mereka masih pakai mukena.
Saya risih kalau melihat orang pakai mukena sambil berjalan berblok-blok ke rumahnya. Itu kan pakaian buat berdoa kepada Tuhan, jangan dipamer-pamerin ke rakyat sedunia dong ah.)
Baru belakangan kemudian saya menyadari kalau yang sholat taraweh di sana kebanyakan adalah para asisten rumah tangga dari tetangga-tetangga saya yang non-muslim.
Tapi kemudian, suatu hari saya dapat informasi lebih lanjut. Mertua saya bilang, “Vic, yang punya rumah itu Budi Iwan lho.”
Saya mengernyit, siapa itu Budi Iwan. Lalu kata mertua saya, Budi Iwan itu boss sebuah perkumpulan olahraga tingkat nasional yang sering masuk tv.
Disclaimer: Namanya sebetulnya bukan Budi Iwan. Nama aslinya saya rahasiakan. Saya pakai nama Budi Iwan untuk memudahkan ilustrasi blog ini.
Oh oh, pantesan saya nggak tahu siapa itu Budi Iwan. Saya ini nggak senang olahraga. Bahkan kalaupun saya senang olahraga, saya juga nggak akan tahu siapa itu Budi Iwan. Lha saya nggak senang nonton tv kok.
Lalu saya tanya suami saya, apakah Pak Budi Iwan itu orangnya seperti warga normal? Suka jogging keliling kompleks atau duduk-duduk di pos pak hansip sambil ikut ngobrolin cara menagih iuran keamanan ke warga sekompleks?
Suami saya malah jawab, “Dunno, never saw him.”
Saya bingung. Lalu, akhirnya suami saya bilang, Budi Iwan itu..sering masuk tv karena dituduh melakukan tindak pidana korupsi di Indonesia.
Saya melongo. Whuaaatt..?
Saya kirain dia terkenal karena sering masuk acara siaran olahraga. Meneketehe kalau ternyata dia sering diomongin di acara Lawyers Club yang tukang nyinyir itu?
Akhirnya, karena saya super duper kuper dengan urusan gosip artis, apalagi urusan menyangkut apapun yang ada di tv dan nggak jadi viral di YouTube, saya terpaksa googling nama Budi Iwan yang sudah jadi tetangga saya itu. Ternyata dia terkenal. Bahkan saking bekennya, sampai ada orang bikinkan halaman tentang dia di Wikipedia.
Tetangga saya ternyata pengusaha bidang konstruksi. Sepertinya orang ini punya daya kepemimpinan yang bagus, jadi dia pernah diangkat jadi ketua perkumpulan pengusaha konstruksi ini di level yang cukup tinggi. Dan mungkin karena soft skill yang lumayan inilah, dia pernah ditanggap jadi penggalang massa untuk sebuah partai politik yang cukup elite. Dan sepertinya ini juga sebabnya kenapa dia diangkat pula jadi boss perkumpulan olahraga kaliber nasional itu.
Lalu entah bagaimana, karena hasil browsing saya yang cukup random, kebanyakan berita tentang tetangga saya ini adalah dia terlibat tindak pidana korupsi berupa cuci uang pada dana di organisasi olahraga itu. Lalu berita itu disangkutpautkan dengan rencana pribadinya untuk memiliki sebagian saham pada sebuah perusahaan milik provinsi. Intinya mah tetap saja sama, tetangga saya disangka memakai dana negara untuk urusan pribadi.
Dan kasus ini ternyata menjadi salah satu contoh kasus korupsi yang sudah mangkrak bertahun-tahun. Tetangga saya sudah bolak-balik diajukan ke sidang pengadilan, dicekal nggak boleh keluar negeri, dan macam-macam lainnya. Hingga kini tetangga saya belum divonis penjara, karena dirinya bersikukuh bahwa dia nggak bersalah. Berita-berita banyak menyebutkan tentang manuver pengacaranya yang berusaha membebaskan tetangga saya dari berbagai tuduhan tindak pidana korupsi.
Setelah saya baca itu, saya jadi mengerti kenapa tetangga saya yang sebetulnya seleb tv ini nggak pernah duduk-duduk di pos hansip kompleks sambil main catur seperti warga lainnya, ya iyalaah.. Saya merasa menjadi orang seperti dia itu nggak enak.
Bagaimana rasanya kalau saya diberkahi kepintaran memanajeri segala macam, hingga saya dipercayai untuk memimpin macam-macam organisasi? Saya mungkin akan mengerahkan seluruh kemampuan saya untuk bikin organisasi itu maju.
Tapi kalau segala jabatan itu malah bikin saya kecantol tuduhan penyalahgunaan wewenang, apakah kepintaran manajerial itu tetap jadi berkah?
Mungkin itu sebabnya tiap tahun dia membuka rumahnya untuk jadi tempat sholat tarawih yang dibanjiri para supir dan para bedinde sekompleks. Supaya para jemaah mendoakan dia agar rejekinya lancar. Konon, doa yang dipanjatkan oleh kaum dhuafa itu termasuk doa yang paling manjur, apalagi kalau doanya diucapkan pada waktu bulan Ramadhan.
Saya sendiri juga kepo apakah tetangga saya sungguhan melakukan tindak pidana korupsi. Menurut saya sih, orang yang mencuri nggak akan segitu selonya menjadikan rumahnya sendiri sebagai surau massal dadakan. Apalagi kebiasaan itu dilakukan selama bertahun-tahun.
Yang jelas, saking ramainya rumah itu jadi tempat sholat tarawih berjamaah, tiap tahun jalanan depan rumahnya selalu penuh dengan pedagang gerobak. Mereka buka lapak berderet-deret di depan rumah itu, dengan tertib dan bikin iuran retribusi segala. Dan saya melihatnya sebagai upaya ekonomi yang tumbuh.
Pemilik rumah itu mungkin tersangka korupsi, tapi rumah itu menjadi sumber rejeki untuk banyak orang yang nggak berpunya.
====
Penulis:
Vicky Laurentina
blogger di www.vickyfahmi.com
Facebook: www.facebook.com/vicky.laurentina
Twitter: @vickylaurentina
–Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Menggunjing Tetangga 2016 yang diselenggarakan oleh The River Post – Berbagi Hanya yang Baik—
- Besse’, Fosil Homo Sapiens Tertua dari Sulawesi Selatan - 17/09/2021
- Indonesia Kembali Terima Vaksin Covid-19 Pfizer dan AstraZeneca - 02/09/2021
- Rindu - 28/03/2020