Sesuai namanya, Mujahid yang berarti pejuang. Bang Ahid – biasa kami menyebutnya – merupakan sosok anak muda yang khas karena menempuh jalur kebermanfaatan diri yang berbeda dari anak muda kebanyakan. Anak muda yang dengan rela dan sadar diri turun tangan dan terlibat langsung dalam masyarakat guna mengaplikasikan keilmuan yang dimiliki dan mengentaskan permasalahan yang ada di lapang.
Saat ini Bang Ahid sedang menempuh studi lanjut Pascasarjana di bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Keilmuan yang linier dengan bidang kehutanan yang sebelumnya ditekuni. Fokus perhatian terhadap permasalahan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan serta pengelolaan sumber daya alam menjadi daya tarik tersendiri dalam mengatasi persoalan kemasyarakatan.
Berkat kemampuannya tersebut, Bang Ahid akhirnya diberikan kepercayaan sebagai Ketua Umum Ecologica yaitu Forum Mahasiswa Pascasarjana Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan IPB Bogor. Beliau juga merupakan salah seorang inisiator berdirinya Koperasi Himpunan Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana (HIMAWIPA).
Berangkat dari pemahaman bahwasanya koperasi merupakan perwujudan ekonomi kerakyatan yang mengandung nilai-nilai kebersamaan serta merupakan lembaga berbadan hukum yang legal, maka dibentuklah koperasi sebagai salah satu implementasi nilai luhur pancasila dan UUD 1945.
Produk yang dihasilkan oleh Koperasi diantaranya pupuk padat dan cair, serta beberapa produk olahan seperti “Drimix Pauda” yaitu minuman serbuk dalam kemasan dengan beraneka macam rasa. Produk yang ditawarkan merupakan hasil olahan dan kreasi para anggota koperasi.
Aktif dalam berorganisasi dan hadir di tengah masyarakat sudah menjadi rutinitas sehari-hari Bang Ahid. Dua hal ini seakan bukan menjadi dikotomi lagi bagi beliau sehingga tidak terlalu berlebihan kalau beliau dijuluki pejuang muda masa kini. Saya pun sebagai salah satu orang yang sedikit mengenal beliau meyakini hal tersebut dengan pasti. Keterlibatannya dalam masyarakat tidak dapat diragukan lagi.
Ragam bentuk sumbangsih pemikiran dan kontribusinya bagi masyarakat diantaranya yaitu sebagai pencetus ide dengan diadakannya acara “Deklarasi Bersama untuk Mewujudkan Tata Kelola Hutan Berbasis Masyarakat oleh Seluruh Elemen Masyarakat Bogor Raya”. Deklarasi ini diselenggarakan pada Maret 2015 silam dengan menghadirkan para stakeholder terkait serta seluruh elemen masyarakat sekitar hutan Bogor Raya diantaranya pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, DPRD Kabupaten Bogor, Polres Kabupaten Bogor, Kodim 0612 Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Kepala Desa serta Kelompok Tani Sekitar Hutan Bogor Raya.
Adapun deklarasi ini bertujuan guna terciptanya tata kelola hutan berbasis masyarakat yang selama ini merupakan salah satu program pemerintah. Berangkat dari kegelisahan akan tindak lanjut pencanangan program tersebut maka dirasa perlu untuk menetapkannya dalam bentuk deklarasi bersama dan mempertemukan semua pihak guna tercapai kesepahaman antar pihak yang terlibat. Tidak cukup sampai disini, perjuangan pun terus berlanjut. Bang Ahid merupakan salah seorang pendiri Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bernama Tapak Alam Rimba Nusantara (TARSAN). Dengan mengusung jargon “Sejahtera Masyarakat Untuk Lestari Hutan”, terciptalah satu wadah kebersamaan yang memiliki kesamaan visi dan misi guna berkontribusi di setiap lini kehidupan masyarakat.
Dalam bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, beliau baru-baru ini sedang berupaya untuk melakukan gerakan optimasi biomassa. Dimana kegiatan tersebut akan menjadi kegiatan aplikatif yang berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Beliaupun seorang inisiator dalam antisipasi ledakan biomassa perkebunan kelapa sawit yang akan terjadi beberapa tahun kedepan.
Masih banyak catatan “perjuangan” seorang pejuang muda ini. Satu hal yang pasti bahwasanya Bang Ahid benar menginspirasi lingkungan dengan caranya sendiri. Mungkin tidak terdengar hingar bingarnya, tapi “perjuangan senyap” yang dilakoninya pantas diuraikan dan diperdengarkan agar semakin banyak anak muda diluar sana (termasuk saya) yang dapat termotivasi dan tertular rasa ingin memiliki (sense of belonging) terhadap isu kemasyarakatan yang ada. Sehingga tidak cukup menjadi seorang medioker, pun kalau terpaksa maka wajiblah menjadi anak muda yang biasa-biasa saja tapi pintar bersyukur.
Penulis:
Yesi Hendriani Supartoyo
Mahasiswa Pascasarjana IPB Bogor bidang keilmuan Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Penulis pernah bekerja di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta. Saat ini penulis sedang terlibat kerjasama dengan Kementerian Perindustrian sebagai Tim Praktisi untuk Project One Map Policy Kawasan Industri.
Akun FB : https://www.facebook.com/yesi.hendriani.1
Akun Twiter : https://twitter.com/yesihendriani (@yesihendriani)
–Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Menggunjing Tetangga 2016 yang diselenggarakan oleh The River Post – Berbagi Hanya yang Baik—
- Besse’, Fosil Homo Sapiens Tertua dari Sulawesi Selatan - 17/09/2021
- Indonesia Kembali Terima Vaksin Covid-19 Pfizer dan AstraZeneca - 02/09/2021
- Rindu - 28/03/2020