Marjo, Sosok Orang Gila yang ’Waras’ Pemikirannya

Artikel ke 31 dari 42 artikel dalam Topik : Lomba Menggunjing Tetangga 2016

Kopral Marjo atau yang lebih dikenal dengan nama Marjo merupakan salah satu warga Muntilan yang berada di Kabupaten Magelang. Tokoh ini sangat terkenal di regional kota Muntilan karena kedekatannya dengan warga sekitar. Sebagian besar orang yang bukan warga kota Muntilan menilai Marjo adalah orang gila, sebab pakaiannya yang nyentrik menggunakan seragam tentara dan senantiasa menaiki sepeda onthel tuanya mengunjungi desa-desa. Belum lagi gaya bicaranya yang kental dengan logat bahasa Jawa dan sering berbicara ngelantur mengenai kondisi negara saat ini. Bagi saya yang juga tinggal di kota Muntilan, sering sekali bertemu dengan Marjo mulai dari saya sekolah tingkat SD sampai SMP. Biasanya saya melihat beliau di Jalan Pemuda, Muntilan yaitu jalan yang menghubungkan Magelang dengan Yogyakarta. Para warga Muntilan sudah sangat memaklumi dengan keadaan Marjo, mereka tidak merasa risih ataupun terancam ketika didekati oleh Marjo. Mereka menilai Marjo tidak gila hanya saja pemikirannya terobsesi dengan profesi yang ingin beliau capai yaitu menjadi seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI).

marjo-1
Marjo dengan sepeda onthel kesayangannya

 

Tidak heran jika Marjo kemana-mana selalu menggunakan seragam loreng milik TNI tersebut, beliau sangat menginginkan menjadi TNI dan bangga terhadap TNI. Banyak warga dan juga saya bertanya-tanya alasan Marjo tertarik dengan TNI. Menurutnya,”Dadi tentara kuwi apik lan mulya tugase, kanggo belo negara” yang artinya dalam bahasa Indonesia berarti “Jadi tentara itu baik dan mulia tugasnya untuk membela negara”. Meskipun kondisi psikologi Marjo tidak senormal dengan kondisi orang pada umumnya akan tetapi banyak teladan yang didapat dari dirinya. Beliau menginspirasi semua kalangan baik dari yang tua sampai yang muda, dari yang miskin sampai yang kaya. Ketika berbicara dengannya, meskipun pembicaraannya sedikit ngelantur akan tetapi terdapat petuah yang dapat kita ambil dari perkataannya.

BACA:  Arit Widowati, Laktivis Pendakwah ASI
Marjo siap ‘patroli’ di desa-desa sekitar Muntilan
Marjo siap ‘patroli’ di desa-desa sekitar Muntilan

Rasa Nasionalisme yang tinggi, hal ini sangat jelas melekat pada diri Marjo. Selain dilihat dari pakaian TNI yang beliau kenakan, Marjo ternyata hafal dengan sila-sila pancasila, UUD 1945 sebelum diamandemen, Dasa Dharma dan Tri Satya Pramuka. Tidak hanya sekedar hafal, beliau mampu mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan dari perilakunya yang murah senyum, ramah, suka tolong menolong, jujur, merakyat dengan warga sekitar dan rendah hati. Marjo sering memberi tahu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila ataupun Dasa Dharma Pramuka kepada anak-anak SD ketika beliau sedang ditanya-tanya oleh anak-anak tersebut. Rasa takut pun tidak dirasakan anak-anak tersebut justru mereka asik guyonan (bercanda) dengan Marjo bagaikan mereka sedang berbicara dengan teman sebayanya.

Marjo menggendong anak tetangganya
Marjo menggendong anak tetangganya

 

Sosok yang rendah hati dan dekat dengan warga Muntilan, mungkin ungkapan ini layak ditujukan kepada Marjo. Para warga tidak asing lagi mendengar nama Marjo bahkan ketika Marjo jarang nongol atau tidak pernah lewat di salah satu kampung, pasti warga terheran-heran dan menanyakan keberadaan Marjo. Keberadaannya seolah dinanti-nantikan oleh warga Muntilan karena memang keberadaan beliau sangat bermanfaat bagi warga sekitar. Setiap warga mengadakan hajatan, Marjo pun ikut mengamankan layaknya beliau petugas keamanan setempat. Dengan seragam TNI yang beliau kenakan, Marjo sangat percaya diri mengamankan wilayah bahkan beliau juga tidak sungkan-sungkan membantu mengatur lalu lintas di tempat sekitar hajatan warga. Beliau juga sering terlihat menemani polisi-polisi yang sedang berjaga, dengan guyonan yang khas tentu menghibur para polisi tersebut. “Udud seg jo ben jogone kuat (Rokok dulu jo biar berjaganya kuat)”, kata seorang petugas polisi. “Wah, enak tenan njogo wilayah karo udud kii (Wah, enak banget berjaga sambil merokok)”, ungkap Marjo. Begitulah kedekatan Marjo dengan semua kalangan di kota Muntilan.

BACA:  Fathun Si Pembuat Mimpi
Marjo yang ramah terhadap para warga Muntilan
Marjo yang ramah terhadap para warga Muntilan

Selain dekat dengan warga Muntilan, Marjo mengajarkan ilmu kehidupan, kerja keras, ikhlas dan toleransi. Beliau mau membantu warga, bekerja semampunya dan tidak mengharapkan imbalan apapun dari orang lain. Dari perilaku Marjo ini seolah memberi tahu kepada warga bahwa beliau hanya ingin menjadi dirinya bermanfaat dan tidak dianggap sebagai orang gila. Sementara itu Cua Hoo Liem, warga Muntilan keturunan Tionghoa menjelaskan bahwa, “Marjo mencegah kekerasan dengan cara menghormati”. Meskipun setiap beliau kesana-kemari selalu membawa pisau komando TNI, Cua Hoo Liem tidak merasa terancam sebab Marjo tidak menggunakan pisau tersebut untuk kekerasan. Perbedaan agama tidak menjadi masalah bagi Marjo untuk dekat dengan semua warga di Muntilan karena beliau juga percaya akan Bhineka Tunggal Ika. “Aku iki ngerti artine Bhineka Tunggal Ika lan aku ngerti apa kuwi Pancasila (Aku itu tau arti Bhineka Tunggal Ika dan aku tau Pancasila)”, ungkap Marjo dengan lantang.

Demikianlah sepenggal kisah Marjo yang menjadi sosok inspiratif bagi saya dan warga kota Muntilan lainnya. Bagi saya tokoh inspiratif tidak harus tokoh yang besar, terkenal di layar kaca dan berpengaruh bagi negara, kita dapat menemukannya di tempat kediaman kita. Marjo telah mengajarkan banyak pelajaran bagi orang yang telah mengenalnya. Tidak peduli akan latar belakang kejiwaannya yang tidak senormal orang biasa akan tetapi pemikirannya mampu menunjukkan bahwasannya dirinya waras dan patut menjadi seorang yang dicontoh dari segi perilakunya terhadap warga sekitar. Semoga dengan hadirnya sosok Marjo di kota Muntilan mampu menginspirasi warga sekitar untuk melakukan tindakan dan kerja nyata bagi bangsa Indonesia.

BACA:  Cerita dari Rappocini, Tentang Semangat Memaslahatkan Masyarakat

 

Penulis:

Zaini Imadudin

FB                   : Zaini Imadudin

Twitter            : @zimadudin

 

—–

Artikel dalam Topik Ini : << Ayah, Di mana Waktumu?Mujahid, Sosok Pejuang Muda yang Gemar Bertetangga dengan Alam >>

1 Comment

Leave a Reply

Silakan dibaca juga