Tanpa Listrik Mampu Jaga Kesegaran Sayuran dan Buah
Tiada saya duga, waktu mengisi waktu kosong dengan menghadiri hajatan pameran Teknologi Tepat Guna di Sport Center Dome Kota Balikpapan, saya berjumpa dengan pentolan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD), Provinsi Kalimantan Timur, Moh Jauhar Efendi, pada Jumat 22 Juli 2016 siang.
Acara tersebut merupakan hari yang terakhir, acaranya akan resmi ditutup, telah berlangsung selama lima hari. Saya menyapa dia. “Acaranya berlangsung sukses, tahun depan akan digelar di Kabupaten Berau,” ungkapnya.
Lantas Pak Jauhar berujar lagi, dirinya berkesan pada seorang pria yang ikut dalam pameran itu. Barang buatannya laku terjual, ada pengunjung yang kepincut dan dibelinya dengan kontan. Orang yang dimaksud Pak Jauhar ialah Toto. Ini nama yang singkat dan sangat mudah diingat.
Kata Pak Jauhar, Toto ini dianggap sukses bisa meramu sebuah alat yang dianggap bernilai banyak manfaat. Toto ceritanya Pak Jauhar dinilai telah berhasil ciptakan alat teknologi tepat guna yang murah meriah dan ramah lingkungan. Alat ini disebut lemari pengawet sayur dan buah tanpa energi listrik.
Kontan mendengar kisah Pak Jauhar, saya ikut penasaran dan ingin berkenalan. “Boleh saya mohon ditemukan dengan orangnya Pak.” Tanpa basa-basi, memakai telepon seluler Pak Jauhar, Toto ditelponnya dan melalui wicara sambungan telepon, Toto disuruh untuk menuju ke lokasi bagian depan panggung.
Tidak sampai tiga menit, orang yang dinantikan akhirnya berkenan mau bertemu. Dengan berbaik hati, Pak Jauhar langsung mengenalkan saya kepada Pak Toto ini, yang untungnya masih berada di dalam gedung lokasi pameran.
“Saya Toto yang menciptakan lemari pengawet atau penyejuk. Saya dari Kota Samarinda,” ujarnya kepada saya usai saya bersalaman tangan dengannya. Ternyata Pak Toto orang Samarinda, yang merupakan tetangga dengan tempat tinggal saya yang ada di Kota Balikpapan.
Sebenarnya, antara Kota Balikpapan dan Kota Samarinda secara geografis jauh dengan daya tempuh perjalanan paling cepat sekitar satu jam setengah, namun secara kekeluargaan masyarakat Kota Balikpapan dan Kota Samarinda itu bergitu dekat, rekat, kehidupan sosiologinya tidak jauh berbeda.
Saya bangga bisa bertemu langsung dengan daerah tetangga dekat. Pak Toto selama gelaran event Teknologi Tepat Guna di Kota Balikpapan, bisa menarik simpati warga pengunjung pameran. Karya inovasi buatan Toto berupa lemari penyejuk yang terbuat dari bahan bekas karung goni disukai pengunjung hingga bisa laku terjual.
Setelah perkenalan singkat, saya langsung diajak ke stan pamerannya, yang tidak jauh dari pelataran panggung utama pameran. Setiba di stan pameran Pak Totok, beberapa teman- temannya terlihat ada yang sedang sibuk merapikan dan mengemas barang-barang.
Itu disebabkan karena memang acarannya sudah berujung di babak akhir, telah rampung, mau pulang kampung ke Samarinda. Habis menunaikan ibadah sholat Jumat, Toto berencana akan mengirim lemari sejuknya ke Jayakusuma Perumahan Wika Kota Balikpapan.
Dia tidak menyangka, karya kerajinan teknologi tepat gunanya diminati hingga ada yang berani membelinya. Toto membuat lemari sejuknya hanya mengeluarkan modal Rp 300 ribu, namun ada orang yang berani membeli Rp 1 juta.
“Ditawar Rp 1 juta. Saya bilang boleh saja. Silakan saja beli. Saya tanya katanya mau dipakai buat contoh pembuatan. Si pembeli sepertinya mau mencoba membuat. Saya bilang silakan saja dicontek. Saya tidak permasalahkan,” tutur pria kelahiran Kota Samarinda ini.
Toto yang aktif di Posyantek Samarinda bercerita pada saya, bahwa pembuatan lemari itu dibuat dari bahan-bahan sisa limbah buangan karung goni yang sudah tidak terpakai. Daripada dibuang sayang menjadi sampah, lebih baik kain goninya dijadikan barang berguna.
Alatnya berfungsi untuk tempat menyimpan buah-buahan dan sayur-sayuran supaya bisa tetap awet berhari-hari. Tiada menguras energi listrik, sayuran dan buah bisa tetap segar serta ekonomis. Sangat cocok digunakan di daerah dusun yang belum tersetrum aliran listrik.
“Saya taruh sayur-sayuran selama pembukaan pameran hingga tutup, kondisinya masih bagus saja. Tidak busuk,” kata Toto yang memiliki warna kulit gelap ini.
Alat yang diciptakan itu berprinsip mudah, ramah lingungan dan hemat. Alatnya tidak mengkonsumsi listrik, apalagi bensin. Sebab alatnya ini mengandalkan semprotan air yang dibasahkan ke seluruh kain goni.
Rangkanya terbuat dari besi almunimum yang dibentuk menyerupai kubus. Sedangkan kubusnya ini dilapisi karung goni bekas, serupa lemari kulkas. Alatnya diciptakan sangat cocok bagi masyarakat pedesaan yang belum tersentuh fasilitas listrik.
“Harapan saya, petani-petani di pedalaman bisa mencontohnya. Silakan saja yang mau ikuti karya saya. Kami di posyantek prinsipnya teknologi tepat guna itu untuk pemberdayaan masyarakat,” tutur pria berkacamata ini, yang memberikan banyak insiprasi bagi yang lainnya. ( )
==
Penulis:
Budi Susilo
FB: https://www.facebook.com/budi.susilo.585
Twitter: @budisusilo85
–Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Menggunjing Tetangga 2016 yang diselenggarakan oleh The River Post – Berbagi Hanya yang Baik—
- Besse’, Fosil Homo Sapiens Tertua dari Sulawesi Selatan - 17/09/2021
- Indonesia Kembali Terima Vaksin Covid-19 Pfizer dan AstraZeneca - 02/09/2021
- Rindu - 28/03/2020