Dua Bapakku yang Lain

Artikel ke [part not set] dari 42 artikel dalam Topik : Lomba Menggunjing Tetangga 2016

Bapakku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Bapakku tentu saja satu, tetapi beberapa dari sifat kebapakannya diberikan oleh 2 tetangga dekat padaku. Tepatnya beberapa persen darinya, diberikan oleh tetangga depan rumah dan tetangga sebelah kiriku.

Di antara kedua bapak orang lain tadi bapak di sebelah kiri rumah lebih dekat ikatan emosionalnya dengan kami sekeluarga. Di samping karena kondisi ekonomi kami yang agak sepadan (kesenjangan semacam ini masih ada di perumahan kami), bapak itu juga sudah seperti bapak angkatku. Sewaktu kecil aku dititipkan di rumahnya dan suka bermain-main di sana. Beliau ini juga orang yang serba bisa dan sering menjadi jujugan (tujuan) pertama saat keluargaku butuh apa-apa. Memasang LPG, pinjam ini itu, minta tolong ini itu, titip ini itu, dan berbagai hal lain kami lebih dekat dengan tetangga kiri rumah.

Aku pernah mencoba berbisnis di rumah dengan berjualan pulsa. Begitu melihat banner terpasang di pagar beliau langsung menyuruh anaknya membeli padaku. Kelihatannya sederhana ya, padahal tidak, banyak orang yang memilih untuk membeli di tempat lain daripada membeli di tetangganya sendiri.

Pernah juga aku pulang dalam keadaan rumah terkunci. Saat itu saudaraku yang membawa kunci belum datang. Aku pun singgah di rumah beliau dalam keadaan sangat lelah dan lapar. Di sana aku disambut dengan sangat baik. Beberapa sajian dihidangkan di meja dan  kuambil sesuai dengan kebutuhan, kupikir mereka sudah makan. Ternyata aku salah dan merasa sangat menyesal karenanya. Dengan makanan yang sedikit dan tidak mewah itu mereka mengutamakan aku, entah mereka makan apa setelahnya. Hatiku langsung terharu. Betapa baiknya mereka.

BACA:  Pelajaran Bisnis Pertama dan Selanjutnya untuk #BekalOchan

Tak hanya itu, bapak di kiriku ini biasanya juga tahu duluan kalau sesuatu terjadi pada kami, misalnya saat sakit. Beliau sangat care. Beliau juga suka untuk menjaga dan mengawasi kami dan rumah kami walaupun tanpa diminta, seperti pada saat mudik. Pernah katanya ada orang yang diduga hendak berbuat buruk pada harta benda kami tak jadi beraksi berkat bantuan beliau.

Tetangga depan rumah juga demikian, walau kadarnya tak sebesar tetangga kiri. Dia juga suka mengawasi rumah kami saat kami tak ada di rumah. Karena kaya, dia juga sering memberi kami tumpangan di mobilnya jika sejalan. Yang paling kuingat adalah saat pernikahan sepupuku. Kakakku lama dalam bersiap-siap sehingga aku merasa bakal terlambat sampai di rumah eyang. Padahal, berangkat ke gedungnya akan sama-sama saudara dari sana. Tak disangka beliau juga sedang menuju ke kampus. Kami diberinya tumpangan hingga jarak yang sangat dekat dari eyang, yang artinya dia memilih jalan yang lebih panjang dari kampusnya (tujuan pribadinya) hanya untuk mengantarkan kami. Sungguh ajaib, bukan hanya tak jadi terlambat, kami bahkan tiba lebih awal dari jam yang telah ditentukan.

BACA:  Berkaca Pada Keceriaan dan Semangat Anak-anak SDIT KIDS Timika

Ada kenangan lain yang membuatku terkesan padanya. Kenangan ini sangat unik. Aku dan dia suka balapan (berlomba) menyapu. Tiap pagi dan sore kami dulu-duluan menyapu halaman rumah. Kalau dia yang duluan maka dia menyapukan pula halaman rumahku. Sebaliknya, kalau aku yang menyapu duluan maka kusapukan sekalian halaman rumahnya. Aku sering merasa wow dengan hal ini. Barangkali, cuma dia satu-satunya yang begini.

Tak seperti kisah dengan bapak kiriku yang sudah berakhir karena sudah meninggal, kisah dengan bapak depanku masih terus berlanjut. Suatu hari aku terkejut saat diberi tahu ibu tentang kabar dari istrinya. Katanya, diam-diam bapak itu mencarikan jodoh untukku dari mahasiswa S2-nya. Mahasiswa itu diundang ke rumahnya untuk melihatku diam-diam, barangkali berminat. Seketika aku seperti melongo. Kok sampai segitunya mereka padaku. Bapak depanku itu memang unik.

Bapak kiriku sudah lama meninggal, sedang bapak depanku kini sudah semakin tua dan kurang sehat akibat terlalu banyak merokok. Aku mungkin tidak akan bisa membalas jasa-jasa mereka, tetapi Insya Allah Allah akan memberikan balasan yang terindah dan terbaik untuk kedua bapakku yang lain tadi.

BACA:  Keluarga Sederhana sebagai Panutan

Alhamdulillah, aku senang telah dikaruniai dengan tetangga-tetangga yang baik.

 

Penulis:

Dini Nuris Nuraini

FB: Dini N. Nuraini

Twitter: https://twitter.com/danau_kenangan

 

–Artikel ini diikutsertakan dalam yang diselenggarakan oleh The River Post – Berbagi Hanya yang Baik—

Artikel dalam Topik Ini :

Leave a Reply

Silakan dibaca juga