Anjing dan Toleransi Tetangga

Artikel ke [part not set] dari 42 artikel dalam Topik : Lomba Menggunjing Tetangga 2016

Banyak perihal menarik terkait dengan pembahasan tetangga, namun dalam hal ini saya lebih menekankan tetangga yang berada di sekitar komplek atau Gang dimana tempat kita tinggal dan hidup.

Banyak yang beranggapan bahwa peran tetangga itu lebih dari keluarga sendiri, dimana kegiatan dan aktivitas sehari-hari kita akan selalu berdampingan dan bersama tetangga, terlebih kita juga tak bisa melakukan semua aktivitas tanpa peran tetangga, ibarat kata Simbiosis Mutualisme.

Seperti contoh, jikalau terdapat masalah pertikaian hebat didalam rumah tangga, tetangga lah yang mendahului untuk menengahi, lalu jika salah satu keluarga mengalami sakit parah ketika tengah malam, maka tetangga terdekatlah yang akan membantu terlebih dahulu, dan masih banyak lagi.

Jadi sudah sewajarnya, jika karena peran positif tetangga tersebut, kita harus menganggapnya sebagai keluarga sendiri.

Masih terkait dengan peran tetangga, saya akan membagikan sedikit kisah pengalaman pribadi.

Saya terlahir dari keluarga yang bersuku Dayak dan beragama Katolik pada suatu komplek di Kota Pontianak (Komp Warga Sejahtera), dimana tempat kami tinggal tersebut mayoritas beragama Islam dan bersuku Melayu.

Walaupun kami dan sebagian besar tetangga berbeda dalam segi suku, agama dan keyakinan, semua tetangga yang ada di komplek ini sangat menjunjung sekali nilai toleransi beragama dalam kerukunan bermasyarakat.

Contohnya saja ketika sedang merayakan Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya Natal, maka kami semua saling  mengunjungi satu sama lain, sehingga hal tersebut sudah menjadi tradisi positif, dan kami sebagai warga komplek merasa tidak enakkan jika tak saling mengunjungi ketika pada masing-masing hari raya tersebut.

Bukan hanya itu, berhubung kami sekeluarga sudah terbiasa hidup dengan Binatang dalam satu rumah, yaitu Anjing. Itupun tak pernah menjadi batas bagi para tetangga untuk bertamu atau sekedar main-main ke rumah kami.

BACA:  Ibu Wahono, Mendayagunakan Sampah Plastik

Lebih hebatnya lagi, para tetangga sangat bersyukur dengan keberadaan Anjing tersebut, dengan anggapan bahwa komplek ditempat kami tinggal menjadi lebih aman dari aktivitas perampokan atau pencurian yang tiap tahun semakin meningkat.

Sampai-sampai, ada salah satu tetangga yang berada tepat disebelah rumah kami, dengan sangat percayanya terhadap keamanan oleh Anjing peliharaan kami, mereka berani membiarkan kendaraan bermotornya berada diluar rumah (hanya bermodalkan kunci stang).

Lalu dengan iseng saya menanyakan perihal tersebut kepada abang tetangga itu.

Bang? Kok berani.. motornya tidak di masukkan kedalam rumah?

Lalu dengan enteng beliau menjawab:

Ah.. Santai saja dek, saya hanya berpatokan kepada anjingmu saja, karena jika anjingmu menggonggong keras sekali pada tengah malam, maka saya sudah bersiap-siap untuk keluar melihat apa yang terjadi, dan jika anjingmu menangis tersedu-sedu dimalam hari, saya tak akan berani keluar, karena sudah pasti anjingmu melihat sesuatu makhluk astral. Heheheh.

Tenang saja dek… siapa juga yang berani menghadapi Anjingmu yang sudah mirip Serigala itu.

NB: Anjing saya terkenal dengan kemiripannya seperti Serigala, berikut fotonya:

dok: Pribadi
Dok: Pribadi

 

Mendengar pernyataan tersebut, saya sangat senang dan bangga sekali memiliki tetangga yang bisa mengambil sisi positif dalam suatu hal.

Karena biasanya, orang banyak terganggu dengan kehadiran Anjing dilingkungan tempat tinggal mereka, karena anjing memang di anggap Najis oleh saudara kami yang Muslim.

Namun saya tak pernah menyalahkan persepsi seperti itu, karena memang sudah seharusnya orang yang beragama mematuhi aturan Agama yang berlaku, toh tidak semuanya umat manusia berlaku diskriminasi, dan dengan perihal seperti itu juga membuat kami sekeluarga menjadi lebih aware, agar Anjing tidak dapat lepas begitu saja ke jalanan Komplek, karena jika sampai lepas dan menggigit salah satu orang yang lewat, 100 % kami lah yang bersalah karena lalai.

BACA:  Li Partic, Sociopreneur Multiprofesi

Masih bertemakan terhadap Toleransi tetangga, tidak hanya tetangga disebelah rumah kami yang menganggap Positif dari kehadiran Anjing tersebut, namun beberapa tetangga yang berada di depan (agak lebih jauh dari rumah kami), juga berlaku baik dan perhatian terhadap anjing peliharaan kami.

Salah satu Ibu yang membuka usaha kedai makan setiap pagi hari, mempunyai kebiasaan unik, yaitu setiap pukul 10:00 pagi selalu memberikan makanan sisa kepada Anjing peliharaan kami, dengan alasan ‘dari pada Mubazir’ dan agar Anjing ini selalu sehat dan gagah dalam menjaga keamanan jalur Komplek kami.

Anjing peliharaan kami sekeluarga, memang terbukti sangat sehat loh, hal tersebut diperkuat dengan umurnya saat ini sudah mencapai 16 Tahun (ditahun 2016 ini), kalau sekolah mungkin sudah kelas 2 SMA ( itu pun kalau naik kelas terus ).

Tapi sepertinya, bukan hanya makanan yang membuat anjing peliharaan kami awet muda dan bertahan hingga umur 16 Tahun, melainkan karena sikap ramah dan kepedulian para tetangga sekitar.

Sehingga saya sudah tak heran lagi, jika pada pagi hari selalu ada saja yang menyapa anjing tersebut, lalu di balas dengan sedikit tarian lucu anjing tersebut, sontak mengundang gelak tawa bagi si penyapa.

Namun terkadang, ada juga yang mencoba menyapa anjing, mirisnya gagal, bukan tarian yang didapat, malah gonggongan keras yang di dapat penyapa tersebut, lalu si penyapa kabur dengan paniknya.

NB: Anjing perliharaan kami, sangat sensitif dengan orang baru, contohnya saja, paman saya yang baru tiba di rumah ini, pernah digigit oleh anjing tersebut, mungkin dengan alasan belum kenal, dan perlu di ingat, bahwa anjing hanya menggunakan Insting dalam bersosialisasi.

BACA:  Keluarga Sederhana sebagai Panutan

Dari beberapa kisah yang telah saya sampaikan di atas, semoga menjadi contoh yang baik bagi kita semua untuk selalu menghargai dan menghormati keberadaan tetangga.

Saya harap peran tetangga yang saya ceritakan di atas, dapat menjadi tauladan yang baik bagi antar umat beragama yang ada di Indonesia, sehingga terjalinlah kerukunan rakyat yang harmonis, walaupun hanya dalam lingkup tetangga komplek.

Demikian artikel kali ini yang membahas seputar Toleransi Tetangga Terhadap Anjing Peliharaan, kurang dan lebihnya pada artikel ini mohon di maafkan.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

 

Penulis:

Nama Lengkap: Guido Famula

Facebook: Guido Famula
Twitter: @Guidofamula
Instagram: @guidofm29

 
 

–Artikel ini diikutsertakan dalam yang diselenggarakan oleh The River Post – Berbagi Hanya yang Baik—
Artikel dalam Topik Ini :

Leave a Reply

Silakan dibaca juga