Namanya tardigrade. Berkaki delapan dengan hidung seperti ujung mesin penyedot debu. Bentuk cakarnya mirip beruang, makanya dia kadang disebut juga beruang air (water bear). Bedanya dengan beruang kebanyakan, beruang yang satu ini sangat imut. Spesies yang terbesar, ukurannya hanya sekitar 1 milimeter atau sebesar butiran pasir. Tardigrade hidup di air di dalam tanah atau menumpang di tanaman yang lembab. Mereka ditemukan di puncak gunung di Himalaya, di sumber air panas di Jepang, di dasar laut, hingga di Antartika
Menurut laman Sciencealert, tardigrade diperkirakan sudah menghuni Bumi hampir 600 juta tahun yang lalu. Spesies mereka bisa survive sekian lama, sudah tentu karena anugerah kemampuan yang tidak dimiliki mahluk bergerak lainnya.
Tardigrade tahan jika direbus dalam air mendidih, bahkan sampai temperatur 151 derajat celcius. Andaikata dimasukkan ke kulkas Indomart juga dia masih akan bertahan. Tardigrade tercatat masih bisa hidup di suhu ekstrem minus 272 derajat celcius.
Tardigrade juga bisa bertahan lebih dari 10 tahun tanpa air.
Dan yang paling menakjubkan, Tardigrade tahan terhadap radiasi dan kondisi hampa udara di luar angkasa. Tak heran bila sejumlah saintis menyebut mahluk ini yang niscaya akan bertahan paling akhir seandainya kiamat datang.
Tahun 2007, sekelompok saintis Jerman dan Swedia mengerjakan proyek Tardigrades in Space (TARDIS). Mereka ingin tahu sekuat apa tardigrade bertahan di lingkungan luar angkasa yang keras. Selama 12 hari di bulan September di tahun 2007, 3000 ekor tardigrade disertakan di satelit misi Foton-M3 milik ESA.
Di luar angkasa, mereka dipapar sinar matahari langsung dan radiasi kosmis yang kekuatannya berkali-kali lipat di Bumi. Ketika mereka kembali ke Bumi, para ilmuwan menemukan sebagian besar tardigrade tetap hidup. Betinanya bertelur, dan para tardigrade muda yang baru menetas itu pada umumnya sehat.
“Temuan kami, bahkan di kondisi hampa udara, dehidrasi ekstrem, dan radiasi kosmis, itu bukan masalah bagi ‘beruang air’ ini,” kata pimpinan proyek TARDIS, Ingemar Jönsson, dari University of Kristianstad, Swedia.
Takuma Hashimoto, biologis dari University of Tokyo, yang meneliti femonena mahluk mungil ini, menemukan sebuah fakta yang diduga menjadi dasar kekuatan super tardigrade.
Tardigrade memiliki struktur protein ajaib yang memungkinkannya “memperbaiki” DNA sendiri setiap kali dihajar kondisi buruk.
Protein yang diberi nama “Dsup” itu ketika diaplikasikan ke sel manusia, ternyata mampu memberikan perlindungan kepada DNA manusia dari paparan sinar X.
“Sangat mengejutkan, sebuah genom tunggal ini mampu meningkatkan toleransi terhadap radiasi pada sel kultur manusia,” kata Hashimoto sebagaimana dikutip dari laman Phys.org.
Referensi:
- https://www.sciencealert.com/watch-water-bears-are-nature-s-toughest-animals
- http://www.bbc.com/earth/story/20150313-the-toughest-animals-on-earth
- http://www.esa.int/Science_Exploration/Human_and_Robotic_Exploration/Research/Tiny_animals_survive_exposure_to_space
- https://www.nationalgeographic.com/news/2017/07/tardigrades-water-bears-extinction-earth-science/
- https://phys.org/news/2016-09-protein-shields-human-dna-x-rays.html
- Besse’, Fosil Homo Sapiens Tertua dari Sulawesi Selatan - 17/09/2021
- Indonesia Kembali Terima Vaksin Covid-19 Pfizer dan AstraZeneca - 02/09/2021
- Rindu - 28/03/2020