Risalah #khotbahJumatuntukDesanti No. 2611
Hai, Desanti Sarah
Ada orang memposting status di medsos yang kira-kira begini bunyinya. “Saya nggak mau nikah sebelum mapan. Saya nggak mau status WA istriku setiap hari ‘cirengnya ready ya, Kak..'”
Saya membacanya dengan sedikit tertohok. Saya setuju bahwa nikah sebaiknya kalau sudah mapan, karena kita bawa anak orang untuk dibikin bahagia. Tapi konklusinya soal “cireng ready” itu agak mengganggu. Memangnya kenapa kalau orang jualan cireng? Jangankan cireng, kerupuk aja kalau diseriusin bisa gede duitnya. Itu ada toko besar dekat rumah yang isinya cuma krupuk dan selalu rame kayak fans klub bola berinisial L yang baru menang tim kesayangannya setelah belasan tahun.
Sebagai pedagang online, saya harap kamu tak terganggu dengan statement itu. Dari awal kamu sudah tahu wartawan yang nggak mau terima amplop nggak bakal bisa kaya, tapi kamu tetap mau menemaniku. Di masa rintisan dulu, kamu pernah jualan apa saja buat membantu supaya di dapur kita tetap ada nasi dan supaya motorku tetap ada bensinnya.
Pernah dulu ada kandidat capres di sebuah negara berkampanye. Katanya kalau dia jadi presiden dia akan bereskan alutsista negara itu. Lalu dia beberkan kekuatan angkatan perang kita, eh maksudnya mereka. Pesawat tempur jumlahnya segini, kapal perang segini, dan lain-lain. Waktu menonton itu saya langsung berpikir, wah ini kan rahasia negara. Berharga itu. Bagaimana kalau kamu juga jualan itu? Saya kebetulan tahu beberapa rahasia negara, pasti laku dijual.
Tapi itu terlalu berat dan ilegal. Kamu maunya jualan yang ringan-ringan saja.
Kamu lalu jualan buku, perabotan, baju bayi, sampai parfum diskonan.
Pokoknya apa saja asal halal.
Beberapa hari ini kita coba mulai lagi lini bisnis baru. Jualan makanan di bawah bendera #bekalochan. Apa pun yang biasa kamu masakkan untuk bekalku ke kantor, kita tawarkan ke orang lain. Termasuk sambal kecombrang yang sejauh ini cukup banyak peminatnya.
Mas-mas yang bikin postingan “cireng ready” itu pasti belum tahu kalau jualan sambal itu bisa bikin kaya meski kelihatannya receh. Bu Rudy buktinya. Omzetnya miliaran. Mudah-mudahan kami bisa menyusul.
Di kampung dulu kami punya tetangga seorang ibu.
Saya sering ke rumahnya. Buat apa? Buat menggiling beras jadi tepung. Waktu itu belum banyak orang yang punya alatnya.
Dan Ibu yang baik hati itu selalu menyambut kami kapan pun. Kalaupun lagi tidur siang dan kami datang, dia tetap bangun melayani kami meski kami cuma ingin menggiling setengah liter beras.
Apakah karena ia butuh duit banget? Kelihatannya nggak.
Rumahnya besar, yang saking besarnya ada taman terbuka di tengah-tengahnya. Kalau menunggu berasku digiling, saya sering membayangkan bisa main hujan-hujan di tengah taman itu bersama putrinya -yang kebetulan temanku satu SD. 😁
Seingatku keluarga itu juga yang pertama punya mobil di lingkungan kami. Intinya orang kayalah.
Dari situ saya ngerti, nggak semua orang menaruh nominal uang di depan keningnya.
Sampai sekarang, kalau mengingat itu, saya masih terheran-heran pada itikadnya. Saya berharap nanti kalau kita jadi pebisnis kaya, mudah-mudahan bisa seperti itu juga. Kita bisa bergerak bukan melulu karena nilai uangnya.
Lagipula kata guru-guru kita, uang sebaiknya jangan dijadikan tujuan. Kalau tujuan kita uang, kita tidak akan pernah selesai. Beli ini beli itu. Akuisisi perusahaan ini, akuisisi perusahaan itu. Begitu terus sampai pohon terakhir habis ditebang.
Kaya itu konon jebakan. Nggak banyak orang yang bisa seperti Abdurrahman bin Auf sebagaimana diceritakan khotib di Jumatan. Abdurrahman bin Auf adalah sahabat Nabi yang kaya raya. Kalau Ivan Gunawan mengaku super duper mega bintang, Abdurrahman bin Auf ini super duper mega-rich. Bukan cuma crazy rich.
Tapi suatu hari tiba-tiba dia bilang ingin jadi orang miskin saja. Itu karena ada yang bilang ke dia: semua yang kita punya di dunia ini nanti akan dipertanggungjawabkan di hari akhir. Sampai kancing baju yang kita pakai ini nanti juga akan dihisab.
—
Begitulah.
btw, cireng, eh sambelnya ready ya, Kak. WA aja ke nomer di botol itu kalau berminat. Atau ke IG @bekalochan 😁
- Khotbah di Atas Bukit - 10/10/2024
- Siapa Duluan? - 02/10/2024
- Dave - 26/11/2023