Bersatu Kita Sepakbola, Bercerai Kita Balap Karung!

Di antara begitu banyak perbedaan di dunia yang bisa dijadikan alasan untuk membuat jarak antara satu manusia dengan manusia lainnya mulai dari sehasta sampai sepanjang Bandung-Jakarta, mendekatkan dua orang atau lebih pribadi yang berbeda seratus delapan puluh derajat sekalipun, itu adalah sepakbola. Ini bukan penelitian ilmiah sih, tapi berdasarkan pengalaman dan pengamatan subjektif saya selama lebih dari 30 tahun ini (Uhuk! modus menyamarkan umur). 

Sejak di Birmingham, kegiatan murah meriah dan pasti membahagiakan (baik anak-anak maupun dompet orang tuanya) adalah park hopping yang merupakan nama keren dari bermain dari taman ke taman. Untung sebelumnya saya tinggal di Bandung yang saat kami tinggalkan tahun lalu juga sudah mulai banyak taman yang cantik, jadi tidak terlalu norak saat mendatangi taman-taman di sini. Yang menarik dari taman di sini,  selain ada lahan dengan permainan khas anak-anak, bagian yang paling besar adalah hamparan rumput luas yang sering dijadikan tempat bermain sepak bola, mulai dari anak umur 3 tahun sampai remaja dan orang orang dewasa. Permainan santai dan tidak melulu match atau pertandingan. Kadang gawangnya hanya sebelah karena gawang sebelah lagi dipakai oleh kelompok lain, kadang hanya permainan tendangan penalti, atau hanya sekedar menggiring bola yang dilakukan oleh seorang ayah dan anak-anaknya serta teman anak-anaknya.  Yang menarik adalah, sering sekali kelompok-kelompok yang bermain itu terbentuk saat di lapangan.

Ephraim, anak sulung kami yang suka bola dan mewarisi sebagian besar gen bapaknya di dalam bergaul yaitu susah memulai percakapan dengan orang baru, bisa menghadapi rintangan berkomunikasi ini karena sepakbola. Saat bermain ke taman, dia sudah mulai terbiasa mendatangi  orang lain baik yang sendiri maupun yang berkelompok bermain bola, dengan pick up line “May I join?”.  Itu jelas bukan pelajaran yang didapat dari bapaknya,  tapi karena juga terbiasa mendapat pertanyaan seperti itu saat di awal-awal dia bermain bola berdua dengan adiknya dan bertiga ditambah bapaknya.

BACA:  Saat Undangan Makan Terasa Seperti Ujian

Pertama kali ada seorang anak menghampiri  Ephraim dan bapaknya  untuk ikutan bermain sekedar saling menggiring bola, kami kaget. Orang Inggris terkenal dengan memberi jarak dalam kontak sehari-hari terutama kontak fisik, mereka akan memberi jarak yang cukup lebar saat berinteraksi, bukan hanya ke pendatang tapi bahkan ke sesama mereka. Bukan karena tidak ramah (karena seperti kesaksian banyak teman yang sudah ke beberapa negara Eropa lainnya, orang Inggris masuk dalam kategori yang ramah menyenangkan), melainkan karena memang begitu bawaannya, tidak nyaman  berada dalam jarak fisik yang dekat. Karena sudah diingatkan mengenai hal tersebut dari awal, agak kaget saja saat didatangi begitu. Kami kira itu hanya sekedar anomali, selalu ada outlier dalam segala hal, bukan? Ternyata tidak, hampir setiap kami datang ke taman selalu berakhir dengan adanya tambahan pemain lain yang awalnya tidak kami kenal. Tidak perlu janjian playdate buat main bola, silahkan datang ke taman dan bawa bola, biasanya akan dihampiri orang lain yang mengajak bermain. Jika tidak sedang dihampiri dan kita memang tidak sedang ingin jadi pemain solo, ya berarti giliran kita yang menghampiri orang lain yang sedang bermain bola.

Lucunya juga, sudah lumayan sering bermain bersama di taman pun, para anak cowok ini sering bahkan tidak bertukar nama. Benar-benar hanya dipersatukan dengan sepakbola. Jika sudah selesai bermain dan kemudian pindah ke playground, mereka bisa berpencar dan bermain sendiri sendiri lagi. Yang remaja juga demikian, setelah selesai bermain bisa cabut begitu saja cuma dengan lambaian tangan.

BACA:  Inilah Negara Pertama yang Menghentikan Siaran Radio FM

Kalau ada yang bilang bahwa sepakbola malah membuat perpecahan, misalnya antara Bobotoh dengan Jakmania atau pendukung Manchester United dengan tetangga berisiknya Manchester City (kelihatan ya saya mendukung siapa Hasil gambar untuk smile icon), kedua belah pihak yang sepertinya bermusuhan mulai dari Alpa sampai Omega mengenai tim kesayangan tersebut akan dipersatukan kembali oleh sepakbola, di jenjang yang lebih tinggi yaitu saat ada pertandingan antara negara.  Kalau ada pertandingan antara  Indonesia melawan Malaysia pasti si Jakmania dan Bobotoh jadi sekutu kan, sama juga dengan di Euro Cup fansnya MU dan MC bisa duduk barengan di tribun buat Inggris untuk memberi semangat timnya saat misalnya melawan Jerman. Jikapun dieskalasi lagi ke tingkat tertinggi di mana tidak ada batasan pendukung klub tertentu dan hanya membicarakan sepakbola pada umumnya, maka  pendukung Indonesia dan pendukung negara jiran Malaysia tetap akan bisa dipersatukan pada cinta sepakbola pada event yang berbeda. Misalnya saat  berada di kantor yang sama di divisi yang sama melawan divisi lainnya. Pokoknya saya keukeuh bahwa sepakbola mempersatukan, mulai dari hulu sampai hilir.

Banyak hal  baik yang bisa dipelajari dari sepakbola, seperti olahraga lainnya terutama olahraga yang membutuhkan kerja sama tim. Hal-hal yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Salah satunya adalah bahwa untuk hal yang lebih baik, lebih besar dan lebih mulia, seharusnya kita bisa bersatu. Sepakbola kan begitu ya. Salah satu kalimat Stephen Gerrard yang jadi favourit saya adalah “The name in the front is more important than the name in the back (of the shirt)” . Kepentingan bersama lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi. Pelajaran PMP banget, bukan?

Baiklah, selamat mempersiapkan diri untuk menikmati Euro Cup, semoga semua aktivitas rutin apalagi  ibadah puasanya jangan sampai terganggu baik oleh kemenangan apalagi karena kekalahan tim kesayangan. Euro Cup tahun ini saya tidak punya tambatan hati karena Belanda tidak ikut berpartisipasi, maka saya kembali bersatu dengan banyak fans negara lain, dengan satu semboyan yang saya pegang teguh mulai Piala Dunia tahun 1990 saat Jerman mengalahkan Belanda di perempat final dengan cara yang menyebalkan (menurut fans Belanda ini) :  Saya pegang siapapun selain Jerman, deh.  Ahem! 

BACA:  Pekerja Taman Ini Tak Pernah Menuntut THR
Sondang Purba

Leave a Reply

Silakan dibaca juga