“Ayang, Ini Rumus Prediksi Tinggi Badan Anak Kita Nanti…”

Tempo hari sempat lihat ada orang yang curhat di medsos, katanya begini: “Cewek tinggi mengharapkan dapat cowok tinggi. Cewek yang pendek apalagi. Gak ada yang mau sama cowok pendek…”

Entah apa yang baru saja ia alami, mungkin ia baru ditolak cewek karena kurang tinggi.

Tapi bisa jadi itu memang realitas sosial.
Kecuali dalam kebudayaan tertentu, secara natural semua orang berharap punya tinggi badan yang proporsional.
Termasuk bagi remaja. Setiap hari di televisi iklan-iklan susu peninggi badan menyerbu dan menjanjikan bisa tambah tinggi dalam sebulan.
Harapan ingin tinggi bagi remaja sudah setara ingin glowing bagi ibu-ibu.

Mudah-mudahan bukan harapan semu karena sepertinya masyarakat kita memang ada masalah dengan tinggi badan. Stunting masih jadi isu serius dalam program kesehatan nasional. Kalau tidak diintervensi, anak-anak kita terancam menjadi semakin pendek.
Baru-baru ini, Jenderal Andika Perkasa saat masih menjabat Panglima TNI, merevisi aturan tinggi badan minimal dalam penerimaan calon tentara.
Dari sebelumnya 163 sentimeter bagi pria, diturunkan menjadi 160 sentimeter. Sedangkan syarat tinggi badan untuk wanita turun menjadi 155 sentimeter dari yang sebelumnya 157 sentimeter.

BACA:  Rashford dan Jerusalem Syndrome

Saya pribadi merasa cukup beruntung, karena tinggi saya di atas rata-rata orang Indonesia. 180cm menurut meteran di rumah, 178cm menurut meteran Samsat. Untuk urusan tinggi badan, saya mungkin termasuk yang diimpikan para wanita. Wkwkw. Empat saudara saya juga segitu tingginya. Alhamdulillah, kami mewarisi gen tinggi dari leluhur Bapak dan Mamak.

Si River nih yang tempo hari sempat bikin saya agak was-was. Di antara teman-teman sekolahnya dia termasuk yang agak pendek, apalagi dibanding teman sekelasnya yang perempuan. Wuih pada tinggi-tinggi semua.
Baru kelas 1 SMP sudah ada yang hampir sepundakku.

Tapi barusan baca artikel di website dokternicolaas.com, dapat pencerahan baru. Dr. Nicolaas Budhiparama, MD., PhD., SpOT(K) ini ahli ortopedi dan traumatologi. Dia juga ketua tim dokter timnas bukutangkis kita. Saya follow di IG @dokternicolaas.
Menurut dr. Nicolaas dalam artikel yang ia tulis bersama dr. Dananjaya Putramega, SpOT, tinggi badan manusia akan terus bertambah sampai lempeng pertumbuhan pada tulang menutup, yang ditandai dengan bersatunya bagian ujung tulang panjang dengan bagian tengahnya. Itu terjadi di usia 16 tahun pada anak perempuan, dan di usia 19 tahun pada pria.

BACA:  Adhara, Gadis Kecil Korban Bully yang IQ-nya Disebut Lebih Tinggi Daripada Einstein

Sekadar informasi, tinggi badan kita 60-80 persen ditentukan oleh genetika, dan hanya 20-40 persen dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama nutrisi.
Kabar buruknya, asumsi bahwa olahraga atau aktivitas fisik tertentu seperti panjat tebing atau main basket bisa menambah tinggi badan, tidak bisa dibuktikan dengan penelitian. Jadi, bukan karena main basket orang jadi tinggi, tapi karena dia tinggi makanya main basket.

Jadi kalau Anda seusia saya, sudahlah, berhentilah berharap. Tinggi badan kita sudah mentok. Jangan percaya pada terapi apa pun.
Tapi anak-anak kita masih mungkin bertambah tinggi.

Nah, ini ada rumus untuk memprediksi berapa tinggi anak Anda nanti berdasarkan tinggi Anda dan pasangan. Jadi kalau sekarang Anda masih di fase hubungan bertanya sudah makan atau belum, rumus ini bisa didiskusikan dengan gebetan.
“Yang, kalau kita nikah nanti, anak kita kira-kira segini tingginya…”

Umpamanya begitu.

Rumus ini sahih dan ilmiah. Saya kutip dari buku Secrets of The Human Body yang ditulis oleh dokter kembar Chris Van Tulleken dan Xand Van Tulleken.

Prediksi Tinggi Anak Laki-Laki:
Tinggi Ayah (cm) + Tinggi Ibu (cm) + 13cm, lalu dibagi 2.

BACA:  Bagaimana Buah yang Tumbuh di Halaman Rumah Menghambat Kita Menjadi Tua

Prediksi Tinggi Anak Perempuan:
Tinggi Ayah (cm) + Tinggi Ibu (cm) – 13cm, lalu dibagi 2.

Demikian. Selamat berandai-andai. 

 

Fauzan Mukrim
Latest posts by Fauzan Mukrim (see all)

Leave a Reply

Silakan dibaca juga