Astuti Farida, Pelopor Bank Sampah dan Aktivis Lingkungan Wonosobo

Artikel ke [part not set] dari 42 artikel dalam Topik : Lomba Menggunjing Tetangga 2016

Berbincang dengan Bu Astuti Farida yang ramah dan penuh inspirasi membuat waktu berjalan tanpa terasa. Banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil dari beliau khususnya tentang
lingkungan dan bank sampah. Bu Astuti Farida adalah pelopor berdirinya bank sampah di Perumahan Argopeni Indah Wonosobo sekaligus seorang aktivis lingkungan dan pembicara di berbagai event lingkungan.

Pelopor Bank Sampah di komplek perumahan
Di perumahan Argopeni Indah ini ada Gerakan Ibu Menabung Sampah ( GIMS). Setiap 2 minggu sekali diadakan pengumpulan sampah kering seperti botol bekas, kaleng bekas, wadah plastik, dus, kertas, sepatu, dan sampah kering lainnya. Setiap gang mendapat tugas secara bergiliran saat sampah dikumpulkan. Pak Sabar – tukang rosok langganan- akan memilih, memilah dan menimbang sampah, dan uangnya diserahkan pada ibu-ibu yang bertugas lalu uang tersebut disetorkan ke bendahara GIMS. Nama penyetor juga masuk dalam buku catatan. Saat acara PKK RT, bendahara GIMS menyetor uang hasil penjualan sampah ke bendahara simpan pinjam PKK RT. Oleh bendahara simpan pinjam PKK RT, uang dari GIMS dan uang lain diputar untuk kepentingan anggota.

GIMS sendiri memiliki rekening di PKK RT. Dari perputaran uang tersebut, setiap tahunnya bendahara simpan pinjam PKK RT memberi bagi hasil pada GIMS. Oleh GIMS uang tersebut digunakan untuk subsidi piknik warga perumahan yang diadakan setahun sekali. Siapa saja yang mendapat subsisdi?

Tidak semua warga menyetor sampah kering. Tidak semua warga menyetor sampah kering secara teratur. Dari buku catatan dapat diketahui seberapa sering warga menyetor sampah kering.
Mekanismenya: misalnya dalam setahun diperoleh pemasukan dari GIMS sebanyak Rp. 3.000.000 dari 30x setoran. Jadi 3.000.000/30xsetoran = 100.000

Jika ada 30 orang penyetor maka tiap setoran besarnya Rp.100.000/ 30 orang = Rp. 3.300/setoran. Jika ibu A dalam setahun menyetor 10 kali maka uang yang ia peroleh dalam bentuk subsidi piknik adalah 10 x Rp.3.300 = Rp. 33.000,-.

BACA:  Hadir!

Misalnya dalam piknik setiap orang dikenai biaya Rp. 200.000/orang, maka ibu A hanya membayar
piknik sebesar Rp.200.000 – Rp. 33.000 = Rp. 167.00. Jika Gerakan Ibu menabung sampah (GIMS) dan bank sampah di perumahan argopeni ini tidak lepas usaha dan kerja keras Ibu Astuti Farida, atau di lingkungan kami dikenal dengan nama Ibu Luthfi Rokhman. Perempuan kelahiran Klaten 01 Maret 1972 mulai tinggal di Perumahan Argopeni tahun 2000.

Wonosobo merupakan daerah pegunungan yang sejuk, sepanjang mata memandang pepohonan hijau dimana-mana, sawah, kebun-kebun sayur, dan sungai menambah indah pemandangan. Namun, ada hal yang mengganjal dihati perempuan jebolan Fakultas Geografi UGM ini, keprihatinannya melihat sampah-sampah banyak yang dibuang di sungai, padahal sebenarnya banyak sampah yang masih bisa didaur ulang. Hal ini membuatnya berjuang untuk mengajak warga untuk memilah sampah dan mendirikan bank sampah.

Sejak tahun 2008 Bu Luthfi Rokhman terus berusaha meyakinkan warga tapi belum ada yang tertarik, setelah berjuang 3 tahun akhirnya tahun 2011 kerja keras beliau mulai terlihat hasilnya.
Dimulai dari piknik bersama yang diadakan warga perumahan pada tahun 2011, bu astuti kembali melempar gagasan bagaimana jika piknik ini diadakan dengan memanfaatkan dana dari bank sampah. Sampah-sampah kering yang masih bisa didaur ulang bisa dijual ke tukang rosok dan hasilnya bisa menjadi pemasukan warga dan bisa digunakan kembali untuk kepentingan warga.

Akhirnya warga mulai tertarik. Saat itu, dari 40 KK (kepala keluarga) hanya 25 KK yang tertarik untuk menabung sampah, GIMS pun dibentuk. Bank sampah di perumahan Argopeni bahkan lebih dahulu didirikan sebelum bank sampah Wonosobo yang baru di launching pada Maret 2012.

astuti

Setelah warga mulai tertarik menabung sampah, diadakan pengumpulan sampah kering setiap 2 minggu sekali lalu diadakan evaluasi setelah 3 bulan pertama. Dari 6x penjualan GIMS mendapatkan dana sebanyak Rp. 268.000. Melihat program ini bermanfaat dan telihat hasilnya, masyarakatpun mulai percaya dan makin banyak yang aktif menabung sampah. Omzet dari GIMS pun meningkat. Warga perumahan pun bisa mendapat subsidi untuk piknik setiap tahunnya. Kenapa untuk piknik?

BACA:  Kang Mas’ud, Langkah Pejuang Difabel dari Pelosok Desa hingga Negeri Sakura

Bagi warga perumahan yang sibuk dengan aktivitas masing-masing, kadang hanya bisa berkumpul saat acara-acara kemasyarakatan seperti PKK, rapat RT, pengajian, acara agustusan dan sejenisnya. Itupun jika tidak berhalangan hadir, piknik menjadi salah satu media bagi warga untuk membangun komunikasi dan mempererat silaturahmi dengan tetangga beserta keluarganya. Tujuan piknik pun berdasarkan kesepakatan warga, tahun 2012 di Yogya tahun 2013 ke Owabong, tahun 2014 ke Yogya, tahun 2015 ke Jepara, dan tahun 2016 ini rencananya ke Sikunir Wonosobo.

Ibu dari Nisrina Fajari dan Fadia Nurina ini memiliki prinsip hidup all out dalam setiap aspek kehidupan. All out sebagai istri dan ibu, dan juga all out dalam setiap peran yang dijalani. Selain mempelopori berdirinya bank sampah di kompleks perumahan Argopeni, Ibu Astuti juga seorang aktivis lingkungan di Wonosobo, beliau sering menjadi pembicara di berbagai forum lingkungan. Aktivitasnya sebagai ketua paguyuban penggiat lingkungan ASRI Wonosobo yang anggotanya meliputi bank sampah di Wonosobo (saat ini baru meliputi kecamatan Mojotengah, Wonosobo, Garung, Leksono dan Kertek) membuat beliau dan timnya terus mengedukasi masyarakat untuk menghargai sampah. Bagaimana memilih dan memilah sampah, sampah mana yang bisa
dimanfaatkan kembali, baik sebagai pupuk ataupun produk daur ulang, dan juga bagaimana memperlakukan sampah agar ramah lingkungan. selain itu organisasi ini juga memliki program untuk penguatan kelembagaan bank sampah agar makin berkembang di masa depan.

Perempuan yang pernah menjabat sebagai komisioner KPU tahun 2008-2013 ini juga aktif di Srikandi Sungai Indonesia yang berinduk di UGM dan trainer pariwisata tingkat provinsi, selain itu ibu cantik yang ramah dan murah senyum ini juga aktif DI Komite Sekolah SMPN 2 Wonosobo, pengurus Dewan Kesenian Daerah Wonosobo memegang komite pariwisata, pengurus Dharma Wanita Kabupaten Wonosobo, Klaster desa wisata kabupaten Wonosobo , kelompok pemantau isi siaran masyarakat tahun 2016, dan masih banyak aktivitas positif lainnya sehingga beliau sempat mendapatkan Piagam kebudayaan atas partisipasi dan peran aktif dalam menjaga kearifan lokal, melestarikan budaya daerah dan mengembangkan potensi sumber daya yang ada di wilayah kabupaten Wonosobo.

BACA:  Manisnya Berbagi Bersama

Memiliki bekal ilmu dari Fakultas Geografi jurusan Geografi Manusia (Demografi) UGM, ibu Astuti sempat menjadi Asisten ahli di CV. Geocitra Konsultan Yogyakarta (1995-1996), lalu sebagai
asisten peneliti di Pusat penelitian Kependudukan UGM (1996-2000), dan asisten peneliti di BPKS, Fakultas Geografi UGM (2002-2005), kini Owner Ida Tour ini seakan tak pernah kehabisan kesibukan.

Begitulah, ilmu akan mengangkat derajat seseorang. Dan dengan ilmu, seseorang bisa memberi manfaat pada masyarakat dan alam sekitar.

astuti3
Salah satu acara piknik bersama Ida Tour. (dok. Astuti Farida via FB)

Berbincang dengan Ibu Astuti membuat saya belajar banyak hal, manfaat-manfaat dari sampah, ilmu-ilmu baru tentang lingkungan, tentang kawasan wisata Wonosobo, tentang menjadi perempuan yang multitasking, yang bisa menyeimbangkan peran menjadi istri, ibu, dan aktivitas lain, baik itu pekerjaan, kemasyarakatan, passion, dan segudang tanggung jawab yang harus diselesaikan dengan penuh keikhlasan.

 

Penulis:

Siti Latifah
Facebook: siti lathifah
twitter: @lathifahsan

 

–Artikel ini diikutsertakan dalam yang diselenggarakan oleh The River Post – Berbagi Hanya yang Baik

Artikel dalam Topik Ini :

Leave a Reply

Silakan dibaca juga