Agar Tak lagi Bingung Cebok di Jepang….

Jepang, seperti halnya negara-negara lain, melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan pendapatan dari bidang pariwisata. Banyak hal dilakukan untuk menarik wisatawan datang ke Jepang. Padahal, tak melakukan apa-apa saja sebenarnya Jepang sudah menjadi idola tempat wisata bagi banyak orang. Sepertinya semua hal yang nyerempet-nyerempet Jepang selalu baik dan menarik.

Dua tahun terakhir, negara yang dikenal sebagai Negara Matahari Terbit ini mulai membidik wisatawan muslim (khususnya) dengan mulai banyak menyediakan tempat ibadah di bandara-bandara internasional mereka. Tempat sholat yang dulunya susah dicari sehingga harus memberanikan diri sholat di tempat-tempat tersembunyi seperti di bawah tangga, di bangku, di tempat make up, fitting room, dan lain-lain sekarang memang sudah lebih mudah ditemui. Terutama di tempat-tempat umum seperti bandara atau stasiun.

Selain itu, produsen makanan juga mulai menyadari pentingnya menyediakan bahan makanan dan makanan siap santap yang berlogo ‘halal’ seperti yang sudah banyak ditemui di Malaysia, Thailand, dan negara-negara Asia lainnya.

Perlu diketahui, bahwa sekitar 9 tahun lalu, mahasiswa ataupun pekerja muslim dari Indonesia yang tinggal di Jepang mengalami kesulitan mendapatkan daging ayam halal di supa (sebutan untuk supermarket) terdekat. Kalaupun ada, mereka harus rela menyediakan waktu dan tenaga, dan tentu saja ongkos naik kereta ke pusat kota sekedar untuk membeli 2 kilo daging ayam beku produksi Brazil.

Namun semua berubah setelah Negara Api berhenti menyerang… (kasihan Negara api disalahin mulu Hasil gambar untuk smile icon)  

Sekarang untuk bisa mendapatkan 2 kilo daging ayam beku tanpa tulang atau satu ayam utuh beku produksi Brazil itu, kita hanya perlu ke supa-supa terdekat. Produsen makanan juga sudah banyak mencetak logo ‘halal’ meskipun berdasarkan sertifikat dalam negeri. Bukan MUI tentu saja. Lalu, informasi mengenai produk makanan, minuman, coklat, dan makanan ringan lain yang secara ingredients ataupun terkonfirmasi melalui email tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan (contohnya sake, mirin (turunan sake), gelatin, dll) sehingga bisa dikonsumsi oleh umat muslim, tersedia banyak di page-page FB.

BACA:  ChaCha Lelah, ChaCha Ingin Pergi Saja....

Sebut saja Serijaya Indonesia (pioneer pertama page halal, admin-nya orang Indonesia) dan Halal Japan yang dikelola oleh cikgu-cikgu dari Malaysia. Mereka secara periodik memposting foto produk tertentu yang sudah terkonfirmasi ‘boleh dimakan’ meskipun tanpa label halal. Hal ini tentu membuat para pelancong yang beragama muslim dan alien (sebutan untuk penduduk ber-KTP sementara Jepang, seperti saya ini) muslim lain bisa lebih bernafas lega. Makanan dan minuman yang bisa dikonsumsi lebih variatif dibandingkan beberapa tahun lalu. Restoran halal pun mulai menjamur terutama di kota-kota besar seperti Tokyo dan Osaka.

Namun ternyata, kepedulian terhadap kenyamanan turis asing selama tinggal di Jepang tak melulu cuma urusan perut. Urusan mengeluarkan kotoran di perut pun, bisa menjadi masalah jika Anda baru pertama kali datang dan belum tahu bahwa toilet di Jepang itu beda dengan toilet di negara-negara maju lain.

Sebenarnya ada dua jenis kloset di toilet Jepang, kloset jongkok (yang bentuknya wagu) dan kloset duduk. Selain tentu saja menyediakan tisu, toilet di Jepang pada umumnya memiliki perangkat otomatis untuk menyamarkan bunyi saat kita buang hajat, saat membersihkan diri dan menyiram (toilets with bidet). Kadang kala, tombol untuk menyiram itu nyempil di balik kloset, ketutup lempengan besi. Bukan seperti umumnya diungkit ke bawah, tapi ini dipencet. Kalau nggak percaya, cobalah toilet di Kansai International Airport yang berada sebelum ruang imigrasi. Kenapa saya tahu, karena saya dulu sempat bingung sampai harus minta bantuan (maklumm ya orang kampung) Hasil gambar untuk smile icon

BACA:  Pelangi Punya Siapa?
Foto: Riefky Pujiarso

Tombol-tombol dengan masing-masing fungsi itu kadang mudah dijangkau karena letaknya di sebelah kanan kloset sejajar dengan dudukan kloset, ataupun ditempel di tembok (seperti di foto). Namun, simbol-simbolnya kadang beda antara toilet satu dengan yang lain, tergantung produsen toiletnya. Kadang di toilet satu tombol stop bentuknya bundar, tapi di toilet lain bentuknya kotak. Dan lain sebagainya tergantung kreatifitas masing-masing produsen kloset. Apalagi tulisan yang ada di bawah simbol ditulis dengan kombinasi huruf katakana, hiragana dan kanji. Masak mau cebok saja musti buka google translate dulu sih ya…

Demi melihat adanya kebingungan yang terjadi pada para wisatawan luar negeri ini, Japan Sanitary Equipment Industry Association, yang terdiri dari 9 perusahaan produsen jamban dan kelengkapan toilet ini pun bersepakat menyeragamkan simbol yang akan mereka pakai dalam produk mereka. Selasa lalu (17 Januari 2017) mereka me-launching 8 simbol yang biasa tertera di toilet-toilet Jepang.

Simbol-simbol itu antara lain berfungsi menunjukkan cara membuka dan menutup, cebok depan dan belakang (cebok depan biasanya pakai tanda orang lalu air muncrat sedang cebok belakang ada gambar pantat dan air muncrat), siram besar (pusaran besar) dan siram kecil (pusaran kecil), nada dering (bunyi air gemericik untuk menyamarkan bebunyian yang timbul saat mengeluarkan kotoran), serta tombol off.

Rencananya, semua produk yang dijual pada April tahun ini sudah mulai memakai simbol yang sama. Madoka Kitamura, President Toto Ltd menyampaikan, semoga dengan diseragamkannya simbol-simbol ini, toilet di Jepang bisa lebih terjaga kebersihannya dan menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk berwisata ke Jepang.

BACA:  Ayah, Besok Kakak Mau Puasa...

Nah, tapi apakah semua toilet yang sudah terpasang sebelum bulan April nanti simbolnya akan diganti atau tidak, tidak ada penjelasan. Jadi kalau nanti ndilalah pas main ke Jepang simbolnya lain, ada cara mudah sebenarnya untuk tahu tombol mana untuk apa. Pencetin aja semua, kalau tidak kena sasaran yang dituju, pencet tobol lain sampai sasaran yang dituju bersih. Selamat mencoba….

Aeni Pranowo
Latest posts by Aeni Pranowo (see all)

Leave a Reply

Silakan dibaca juga