Arit Widowati, Laktivis Pendakwah ASI

Artikel ke [part not set] dari 42 artikel dalam Topik : Lomba Menggunjing Tetangga 2016
Arit Widowati Menyampaikan Kajian Peduli ASI Bagi Generasi Islami
Arit Widowati Menyampaikan Kajian Peduli ASI Bagi Generasi Islami

Arit Widowati, wanita berjilbab biru muda dengan gamis dominan kuning itu berdiri di dekat mimbar masjid. Senyumnya terus mengembang sambil berkata-kata. Ia sedang menyampaikan kajian tentang peduli ASI bagi generasi Islami. Sesekali ia membuat peserta yang sebagian besar wanita di sana tersenyum.

“Bagaimana ini ibu-ibu, adik-adik kok tidak ceria? Senyum dulu dong, seperti senyum Rasulullah. Ada yang tahu seperti apa senyum Rasulullah? Senyum lebar, bibir tertutup, tidak kelihatan gigi, tanpa suara,” ujarnya.

“Dengan demikian kalau ibu sekarang menyusui oksitosinnya jadi banyak, ASInya juga jadi banyak,” sambungnya.

Sambil mendengarkan penjelasannya, terbersit dalam ingatan saya tentang adegan sebuah film dokumenter yang pernah saya tonton. Seorang bayi berusia satu tahunan sedang minum ASI perah sambil menunggu ibunya pulang dari bekerja. Dia diberi minum dengan sendok oleh mbahnya.

“Assalamualaikum.” Akhirnya ibu si bayi datang juga.

“Itu bunda datang.” Kata si mbah pada si bayi. Tapi bayi itu malah menangis. Mungkin kangen pada ibunya. Akhirnya si bayi tadi minum ASI langsung pada payudara ibunya.

Pemeran utama, sang ibu dalam film tadi adalah Arit Widowati. Ia menceritakan bagaimana usahanya memberi ASI walau bukan dari dirinya sendiri karena ia sedang hamil saat itu. Film itu berjudul Donor ASI, yang sempat memenangkan Piala Citra di FFI–Festival Film Indonesia tahun 2011.

Lamunan saya tentang film itu terbuyarkan ketika para peserta kajian tertawa kecil mendengarkan penjelasan Arit selanjutnya.

“Banyak ibu yang memilih PAHE kalau melahirkan. Paket Hemat. Bukan PAHE ayam goreng ya.”

Saya pikir PAHE melahirkan yang disebutnya adalah paket melahirkan dengan fasilitas minim, misalnya melahirkan di ruangan non VIP tanpa AC, kulkas, atau kamar mandi dalam di ruang perawatannya.

“Ibu biasanya milih paket hemat hamil dan melahirkan saja. Kadang malas memikirkan paket lengkap beserta menyusui bayinya, mendidik anaknya. Masalah-masalah itu gampang bisa diserahkan ke orang lain,” lanjutnya.

Dari kajian ASI itulah saya mengenal Arit lebih dekat. Dunia memang tak seluas daun kelor. Saya telah beberapa kali mengalami kejutan yang tak disangka-sangka. Saya ikut komunitas pengusaha wanita, dan bertemu anggota yang ternyata tanpa disadari adalah tetangga satu kompleks. Saya ikut komunitas blogger, dan ternyata kenalan sesama blogger itu juga tetangga saya satu kompleks. Dan yang satu ini, saya telah lama berinteraksi di sosial media dengan Arit, tetapi baru kali ini saya tahu dia adalah tetangga saya sendiri, lain perumahan tapi masih satu daerah di Sidoarjo.

Dari Mencari Donor ASI Menjadi Pendonor ASI

BACA:  Anjing dan Toleransi Tetangga

Arit Widowati adalah seorang karyawati di Kementerian Keuangan. Sebagai ibu bekerja yang masih peduli ASI, ia selalu menyiapkan ASI perah (ASIP) untuk anaknya jika ditinggal bekerja. Namun, saat putri pertamanya, Meyla, berusia 5 bulan, ia mencari ASI dari pendonor karena ASI-nya semakin berkurang karena hamil anak kedua.

Awalnya Arit mencari ibu susuan untuk menyusui langsung anaknya sesuai yang ia yakini dalam Al-Qur’an. Tapi mendapatkan ibu susuan juga susah. Ia hanya mendapatkan ibu yang bersedia mendonorkan ASInya. Namun, Arit tetap bersyukur masih ada yang mau membantu. Meyla sempat gonta-ganti hingga 5 ibu susuan yang mendonorkan ASI karena terbatasnya jumlah ASIP yang diberikan.

Setelah melahirkan anak kedua, ASI Arit melimpah. Arit dapat menyimpan stok ASIP hingga satu freezer penuh. Karena melimpah itulah, ia donorkan untuk ibu yang membutuhkan ASI, sehingga ia juga berstatus sebagai ibu susuan.

Saat hamil anak ketiga, usia anak kedua juga 5 bulan tetapi anak keduanya hanya punya satu ibu susuan. Hal ini karena stok ASIP Arit masih banyak. Baru saat usia kehamilan 8 bulan dibantu ibu susuan yang anaknya juga merupakan anak susuan Arit sebelumnya.

Setelah melahirkan anak ketiga, ASI Arit juga melimpah. Oleh karena itu, ia donorkan juga ke beberapa bayi. Hingga hari ini Arit memiliki 14 anak susuan, di antaranya ada yang meninggal 1 anak, 2 kembar, dan 4 anak menyusu langsung kepadanya.

Laktivis dan Pendakwah ASI

Selain bekerja dan mengurus rumah tangga, Arit aktif berdakwah ASI. Ia tertarik soal ASI dan menyusui sejak kehamilan pertamanya, tepatnya Juni 2009. Ia melahirkan anak pertama di bulan Maret 2010. Lima bulan kemudian ia hamil anak kedua dan saat itu hampir semua dokter kandungan melarangnya melanjutkan menyusui.

Dari situlah hati Arit berontak karena tidak mungkin ASI yang merupakan hak dan anugerah untuk si kakak harus diberhentikan demi anugerah lainnya, yaitu kehamilan. Ia yakin kebijakan Allah tidak mungkin saling merugikan keyakinannya. Hingga pada akhirnya Arit mencari bacaan tentang ASI di internet. Ternyata di luar negeri sudah banyak yang melakukan nursing while pregnancy (NWP) atau menyusui saat hamil dengan syarat tertentu. Jadi, Arit tetap melanjutkan menyusui dan berniat untuk tandem menyusui adik kakak setelah bayinya lahir. Namun, produksi ASI selama kehamilan Arit menjadi berkurang. Oleh karena itu, ia mencari donor ASI.

Pengalaman unik tentang ASI selama kehamilannya ini membuat ia semakin penasaran. Hal ini membuatnya makin banyak membaca. Arit rajin membagikan pengetahuan soal ASI di facebook, baik di timeline sendiri maupun di grup. Banyak juga ibu-ibu yang bertanya soal ASI kepadanya. Bermacam kasus ASI ia temui. Semakin banyak kasus menjadikannya semakin banyak belajar.

BACA:  Semesta Kobokan

Pada tahun 2012, ketika Arit punya kesempatan cuti besar karena melahirkan anak ketiga, ia memutuskan ikut pelatihan konselor menyusui yang diadakan oleh AIMI. Arit berpikir bahwa akan lebih mudah memberikan sosialisasi tentang ASI jika ia memiliki sertifikat konselor. Terlebih lagi karena ia sendiri bukan tenaga medis, melainkan hanya ibu yang punya pengalaman dengan ASI dan banyak membaca.

Setelah mendapat pelatihan konselor, ilmu Arit semakin bertambah, terutama tentang bagaimana menghadapi ibu-ibu yang akan konseling dan teknik-teknik konselingnya yang tidak bisa didapatkan hanya dari membaca. Arit berharap dengan menjadi konselor bisa memudahkan langkahnya dalam memberi manfaat lebih untuk umat, khususnya tentang ASI dan menyusui. Masih banyak mitos serta pemahaman keliru di masyarakat yang harus didampingi. Apalagi pemasaran susu formula yang menyesatkan makin gencar.

Dakwah ASI On The Road di Car Free Day Sidoarjo
Dakwah ASI On The Road di Car Free Day Sidoarjo

 
Sasaran kegiatan dakwah ASI Arit adalah ibu-ibu dari kalangan menengah ke bawah. Hal ini sejalan dengan visi yang ia jalankan bersama suaminya dalam mengelola yayasan sosial dakwah kemanusiaan bernama Yayasan Askar Ramadhan. Ia menyosialisasikan hak ASI bagi bayi dan kewajiban menyusui dari sudut pandang Al-Qur’an dan hadits.

Arit kemudian menggencarkan program dakwah ASI-nya dalam organisasi yang dinamakan Sentra Laktasi Muslimah (SALMA). SALMA adalah organisasi nirlaba yang berbasis islami sebagai kelompok sesama muslimah menyusui dengan tujuan untuk menyelamatkan generasi penerus umat yang shalih dan kuat dengan meningkatkan pengetahuan, informasi tentang ASI dari sudut pandang Islami serta meningkatkan persentase ibu menyusui di Indonesia. SALMA bernaung di bawah Yayasan Askar Ramadhan Divisi Dakwah Laktasi.

Sebagian penggalangan dana sukarela dari para donatur Yayasan Askar Ramadhan akan digunakan untuk menjalankan program SALMA, terutama dalam rangka dakwah ASI membantu para ibu menyusui yang miskin dan dhuafa dengan terjun langsung ke masyarakat.

Kegiatannya saat ini adalah Dakwah ASI on the road, konsultasi ASI dan menyusui gratis, kelas ASI gratis ke kampung-kampung plus pembagian sembako, dan sinergi dengan beberapa komunitas pejuang ASI dalam kampanye ASI. Selain itu, Arit masih ingin mewujudkan proyek jangka panjang berupa posyandu islami yang mempunyasi visi menyelamatkan generasi penerus melalui edukasi mulai dari persiapan kehamilan, persalinan, penyusuan, kesehatan alami hingga parenting nabawiyah.

Pelopor Perwujudan Ruang Laktasi di Kantor dan Komunitas Mamaperah DJP

Arit dan teman-teman kantornya sesama ibu menyusui merasa berjuang sendiri-sendiri untuk memerah ASI. Ada yang memerah ASI di gudang, di pantry (dapur), ruang rapat, mushalla, bahkan tempat yang tidak layak seperti toilet. Bisa kita bayangkan, kita tidak mungkin makan dalam toilet, tetapi tempat itu terpaksa dipakai untuk memerah makanan buat bayi. Menyedihkan, bukan?

BACA:  Pak Mursal yang Menginspirasi Pak Joko

Dukungan dari sekitarnya juga kurang, bahkan cenderung meremehkan dengan anggapan yang salah seperti jika ASI diperah akan menjadi darah, ASI itu amis, memerah bisa memakan jam kerja, dan sebagainya. Hal ini melemahkan perjuangan ‘mamaperah’. Padahal ibu menyusui yang bekerja perlu mendapatkan dispensasi khusus berupa tempat dan waktu untuk menyusui atau memerah ASI di tempat kerja sebagaimana diatur dalam UU Kesehatan dan UU Ketenagakerjaan.

Pada suatu waktu, ada salah satu pejabat yang sangat mendukung dan membuatkan ruang laktasi pertama di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Timur I. Beliau adalah Bu Daru Kuswardhani, Kepala Subbag Umum di KPP Madya Surabaya tempat Arit berkerja. Di ruang itulah Arit dan teman-temannya mulai sering berkumpul memerah ASI, saling curhat, saling sharing, memberi dukungan, bertukar makanan, dll. Kemudian mereka menyadari pentingnya  sebuah komunitas yang bisa mewadahi dan menjadi tempat bersatunya para ibu bekerja yang ingin saling memberikan dukungan dalam berjuang memberi ASI pada anaknya meski bekerja.

Akhirnya pada hari Jumat, 24 Mei 2014, di ruang aula green room KPP Pratama Surabaya Rungkut digelar sebuah acara wisuda ASI untuk anak-anak yang sukses ASI eksklusif 6 bulan (lulus S1 ASI), S2 ASI (lulus ASI 1 tahun) dan S3 ASI (lulus ASI 2 tahun). Tak luput, seorang dokter yang juga konselor ASI diundang sebagai narasumber. Dalam acara wisuda ASI ini juga dinyatakan berdirinya Komunitas Mamaperah DJP yang tetap berusaha eksis hingga hari ini.

Kegiatan Sharing Kehamilan di Komunitas Mamaperah DJP
Kegiatan Sharing Kehamilan di Komunitas Mamaperah DJP

 
Ada kepuasan batin tersendiri bagi saya bisa mengenal Arit Widowati sebagai tetangga sendiri. Saya bisa belajar banyak darinya. Belajar berbagi terhadap sesama, aktif dalam kegiatan sosial kemanusiaan, dan mudah bergaul dengan orang banyak dalam artian yang positif. Sungguh menginspirasi!

 

Penulis:

Nurul Islamirisya
–Artikel ini diikutsertakan dalam yang diselenggarakan oleh The River Post – Berbagi Hanya yang Baik
Artikel dalam Topik Ini :

1 Comment

Leave a Reply

Silakan dibaca juga