Ini Gadget Paling Canggih…. Seribu Tahun Lampau

Saat sekarang sangat gampang mengetahui kapan waktu Subuh tiba, berapa menit lagi waktu Imsak masuk. Tinggal melihat jam, atau melihat aplikasi di , urusan beres. Tapi bayangkan lebih 1.000 tahun lalu, bagaimanakah umat muslim mengetahui waktu di malam hari? Apakah imsak masih 3 jam lagi atau tinggal 30 menit lagi?

Sebelum ada teknologi jam, untuk mengetahui waktu di siang hari sangat gampang. Tinggal melihat posisi matahari, bisa dikira-kira sekarang waktunya. Jam matahari juga sudah ribuan tahun dikenal. Bagaimana kalau di malam hari?

Kebutuhan ini, yang membuat muslim kemudian mengembangkan teknologi awalnya, sebenarnya, ditemukan orang-orang Yunani. Mereka menggunakan astrolab (orang Arab menyebut sebagai asturlab). ahli di Silicon Valley, menyebut alat ini sebagai gadget paling top pada sekitar 1000 tahun lalu.

Astrolab Yunani awalnya muncul dengan versi lebih sederhana. Ilmuwan muslim, Muhammad bin Ibrahim al Fazari, dari abad ke-8, menyempurnakan astrolab dengan garis azimut dan altitud.

Astrolab–seperti tampak pada di atas–tak hanya menunjukkan peta langit, tapi dari gerakan posisi bintang, akan diketahui kira-kira sudah jam berapa malam. Bahkan, alat ini bisa untuk menentukan arah Kiblat dari misalnya, Cordoba yang snagat jauh.

BACA:  Tamasya ke Masa Kanak-kanak

Menggunakan alat ini cukup njelimet. Kita bisa melihat di sini, atau di youtube ini, cara menggunakannya, bagaimana cara melihat jam di malam hari, atau mencari tahu jam berapa maghrib akan tiba.

Standar astrolab karya Muhammad bin Ibrahim al Fazari ini, kemudian menyebar ke seluruh negeri muslim dan Eropa barat. mulai sekitar abad ke-15, astrolab mulai tergantikan digantikan teknologi lebih simpel penggunaannya, seperti jam, atau lebih canggih seperti teropong. Di Indonesia, teknologi ini bisa dibilang tidak dikenal, mungkin karena Islamnya masuk saat astrolab sudah mulai digantikan.

Setahu saya, pesantren Indonesia juga tidak mengenal astrolab ini. Berarti untuk menghitung awal bulan atau saat berbuka dan sebagainya, menggunakan perhitungan matematika yang njelimet. Bukan gadget kuno seperti ini.Sugeng siyam, sederek-sederek.

Nur Khoiri

Leave a Reply

Silakan dibaca juga